TEMPO.CO, Mojokerto - Jenazah Kurriyah, 24 tahun, pengungsi Syiah asal Sampang, Madura, yang meninggal dunia Rabu malam, 13 Juni 2018, tidak bisa dimakamkan di kampung halamannya di Karanggayam, Sampang, Madura, karena ditolak warga setempat. "Ambulans yang membawa jenazah Kurriyah dicegat aparat di Sampang kota," kata Nur Kholis, salah satu pengungsi, yang dihubungi Tempo, Kamis pagi, 14 Juni 2018. Padahal, kata dia, keluarga almarhumah sudah menyiapkan liang lahat.
Nur Kholis mengaku pasrah dengan penolakan itu. "Yang penting kami telah berusaha memulangkan." Saat ini ambulans yang membawa jenazah menuju tempat pengungsian di Rusunawa Jemundo, Sidoarjo.
Baca: Nasib Ratusan Pengungsi Syiah Sampang Masih Terkatung-Katung
Kurriyah meninggal dunia menjelang magrib di Rumah Sakit dr Soetomo, Surabaya, karena tumor dan TBC tulang yang dideritanya sejak lama. Ia satu dari ratusan pengungsi Syiah yang tinggal di Rusunawa Jemundo.
Sejak Agustus 2012, mereka terusir dari kampung halamannya sejak warga Syiah dan Sunni berkonflik pada Lebaran 2012. Sebelum menempati Rusunawa Jemundo, mereka sempat mengungsi di Gedung Olahraga Sampang.
Baca: Bagaimana Kronologi Syiah Masuk Sampang?
Kejadian ini menambah daftar warga Syiah asal Sampang yang ditolak jenazahnya dimakamkan di kampung halamannya. Tiga tahun lalu, jenazah Busidin, 65 tahun, dipaksa dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum Delta Praloyo Asri, Sidoarjo.