TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Mohammad Nuruzzaman menyatakan mengundurkan diri alias keluar dari Partai Gerindra. Salah satu alasannya karena menilai Partai Gerindra sudah tidak sejalan lagi dengan jalan perjuangannya.
Nuruzzaman menilai manuver Gerindra belakangan lebih menjadi corong kebencian ketimbang patriotik. “Gerindra makin liar ikut menari pada isu SARA di kampanye Pilkada DKI Jakarta. Di mana saya merasa sangat berat untuk melangkah berjuang karena isi perjuangan Gerindra hanya untuk kepentingan elitnya saja sambil terus menerus menyerang penguasa dengan tanpa data yang akurat,” ujarnya lewat keterangannya pada Selasa malam, 12 Juni 2018.
Baca: Gerindra Tanggapi Tudingan Nuruzzaman Soal Isu SARA Pilkada DKI
Nuruzzaman menuding isu SARA yang sudah melampaui batas dan meletakkan Jakarta sebagai kota paling intoleran akibat kontribusi elit Gerindra. Kendati demikian, Nuruzzaman tidak menyebut dengan jelas siapa kader Gerindra yang dimaksud. “Saya tidak tahu siapa yang memproduksi isu SARA pada Pilkada DKI Jakarta, yang jelas Gerindra menikmati isu SARA tersebut,” kata dia.
Selain itu, kata Nuruzzaman, alasan pengunduran diri lainnya karena pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon yang dianggapnya menghina anggota Dewan Pertimbangan Presiden sekaligus Khatib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf. Fadli Zon menyindir kegiatan Yahya Staquf ke Israel untuk menyampaikan kuliah umum di acara yang diselenggarakan oleh The Israel Council on Foreign Relations sebagai perbuatan yang memalukan bangsa Indonesia. “Cuma ngomong begitu doang ke Israel. Ini mmemalukan bangsa Indonesia. Tak ada sensitivitas pada perjuangan Palestina. #2019GantiPresiden”. Begitu bunyi cuitan Fadli Zon yang dikutip dari akun twitter-nya@fadlizon.
Baca: Wasekjen Gerindra Tuding Fadli Zon Hina Yahya Staquf
Nuruzzaman mengaku marah karena pernyataan Fadli itu. “Kemarahan saya memuncak karena hinaan saudara Fadli Zon kepada kiai saya, KH Yahya Cholil Staquf terkait acara di Israel yang diramaikan dan dibelokkan menjadi hal politis terkait isu ganti Presiden. Bagi santri, penghinaan pada kiai adalah tentang harga diri dan marwah,” ujarnya.
Mengenai pengunduran dirinya, Nuruzzaman memang belum disampaikan secara resmi kepada partai. Namun dia sudah mantap menyatakan keluar dari Partai Gerindra. “Setelah lebaran akan saya sampaikan kepada partai,” kata dia. Sementara itu, dia mengatakan belum mengambil langkah akan pindah ke partai lain atau tidak menjadi kader partai politik lagi. “Saya masih mikir-mikir,” ujar dia.
Adapun Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan bahwa ia belum pernah mendengar ihwal pengunduran diri Nuruzzaman secara langsung. Pengunduran diri secara resmi kepada partai pun, ujar Dasco, memang belum dilakukan. Sementara itu, ihwal berbagai tudingan dan alasan pengunduran diri yang diungkapkan Nurruzaman, tidak ditanggapi oleh Dasco.