TEMPO.CO, Ngawi - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan arus mudik dan balik Lebaran 2018 berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, gabungan petugas tidak hanya berfokus pada keamanan dan kelancaran jalur serta stabilitas harga pangan, tapi juga terhadap ancaman terorisme dan bencana alam.
“Untuk ancaman terorisme perlu diwaspadai pascaaksi teror bom di Surabaya,” kata Tito saat meninjau jalan tol trans-Jawa di rest area kilometer 575, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, pada Ahad sore, 10 Juni 2018.
Baca: Tarif Bus Naik 100 Persen, Pemudik Tidak Punya Pilihan
Setelah teror bom, Tito menyatakan 96 teroris jaringan Jemaah Ansarut Daulah (JAD) telah ditangkap. Sebanyak 41 orang di antaranya berasal dari Jawa Timur dan 14 lain tertembak mati.
Untuk kewaspadaan terhadap aksi teror, ia memerintahkan petugas menerapkan body system. “Anggota-anggota yang tidak bersenjata dilindungi anggota yang bersenjata. Tetap saling menjaga,” ucapnya.
Baca Juga:
Baca: 3 Pilihan Menginap Saat Mudik Lewat Jalur Pantai Selatan
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin berujar, dalam pengamanan arus mudik dan balik Lebaran di wilayahnya, pihaknya melibatkan 17.804 personel. Personel itu gabungan dari kepolisian, TNI, dinas perhubungan, dinas kesehatan, serta instansi terkait lain.
Adapun kondisi di Jawa Timur pascaaksi teror bom di Surabaya, menurut Machfud, relatif kondusif. Bahkan pertumbuhan ekonomi mengalami deflasi 9 persen. Mayoritas harga sembilan bahan pokok mengalami penurunan.
“Yang naik hanya dua komoditas, yaitu telur ayam broiler dan daging ayam broiler. Kenaikan tidak lebih dari 2 persen,” kata Machfud sembari menyebutkan data itu diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Baca: Ribuan TKI di Malaysia dan Singapura Mudik Lewat Batam