INFO NASIONAL - Sedikitnya ada 150 hektare lahan tidur di Kanagarian Pakandangan. "Jika ini dibiarkan, betapa meruginya kita," kata Direktur Utama Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag) Pakandangan Emas Syaiful Rahman menjawab pertanyaan wartawan, ketika menerima kunjungan tim Jelajah Desa, Silaturahmi ke Nagari, Ramadan Berbagi, di Pakandangan, Sabtu, 9 Juni 2018.
Ia menyebutkan, terlantarnya lahan produktif tersebut dikarenakan selain sudah banyak yang merantau, masyarakat juga khawatir terjadi gagal panen. Akhirnya mereka memilih untuk beralih ke mata pencaharian lain.
Baca Juga:
Menyikapi kondisi itu, Syaiful Rahman mencari alternatif. "Kita sewa lahan tidur tersebut, lalu kita garap bersama mereka," katanya.
Pengelolaan yang dilakukan, diwujudkan dalam bentuk komitmen bersama. Lahan disewa pertahun, lalu diolah melalui pengelolaan Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag). Tenaga yang dikerahkan untuk menggarap lahan tersebut ditawarkan terlebih dahulu kepada pemilik lahan, dan dibayar berdasarkan kesepakatan yang nilainya bervariasi. "Saat panen, mereka juga diberitakan bagi hasil," kata Syaiful.
Kini, sudah delapan hektare lahan tidur masyarakat yang disewa Bumnag Pakandangan Emas, dan sebanyak 3,5 hektare sudah ditemani jagung. Panen perdana bulan depan. "Sisanya belum bisa kami garap karena terbentur modal awal," katanya sembari menyebutkan bahwa setiap hektare dibutuhkan anggaran Rp 20 juta untuk persiapan lahan hingga panen.
Baca Juga:
Pengelolaan pertanian jagung tersebut merupakan salah satu dari tiga unit usaha yang dilakukan Bumnag Pakandangan Emas. Usaha lain adalah Unit Simpan Pinjam Syariah dan Bank Sampah.
Di unit Simpan Pinjam Syariah, ada delapan produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Tak satu pun dikenakan biaya pendaftaran atau administrasi. Jadi, berapa pun dana yang disimpan tak akan berkurang. Selama empat bulan berjalan, sudah ada 240 orang yang menyimpan di Bumnag tersebut. Total tabungannya mencapai Rp 170 juta. "Saat ini, karena terdesak kebutuhan menjelang lebaran, banyak yang menarik simpanannya," kata anak muda ini sembari menyebutkan bahwa sebesar Rp 140 juta sudah ditarik kembali.
"Ya, kita kembalikan sesuai permintaan mereka," katanya.
Unit Bank Sampah juga sudah menghasilkan. Diakui Syaiful, nilainya masih kecil, rata-rata Rp 2 juta perbulan. Pengelolaannya masih terbatas karena belum lengkapnya peralatan. "Kami belum memiliki mesin pengolah plastik," katanya sembari menyebutkan bahwa jika mesin itu dimiliki maka sampah plastik akan bisa diolah menjadi minyak tanah dan fapping blok.
Langkah yang dilakukan tersebut diapresiasi tim Jelajah Desa yang diketuai H Febby Datuk Bangso, didampingi Kasubdit Perdagangan Andre Hikwanul Lubis, Kasubdit Pusdatin Jasneti Umar, Kasubdit Pengembangan Bumdes Febrian Ali Yusmar.
Wujud nyata apresiasi tersebut, BNI bersedia memberikan bantuan mesin pengolah plastik sebagai wujud kemitraan BNI dengan Kemendes PDTT. (*)