TEMPO.CO, Semarang - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes) Julio Harianja menyayangkan aksi penolakan uang pangkal berujung tindakan sewenang-wenang pihak kampusnya. Saat menghadang dan meminta Rektor Unnes, Fathur Rokhman, menemui para mahasiswa yang mendemo, mereka justru terluka karena diserempet mobil yang dikendarai rektor.
Baca: Mahasiswa Deklarasi Lawan Radikalisme di Hari Lahir Pancasila
"Kami aksi sejak Senin. Pada Kamis kami meminta rektor turun namun tidak mau. Akhirnya semua pintu kami hadang, dan kami mendapati dua mobil yang menghantar rektor melaju berhadapan (dengan pendemo). Kami tidak diberi peringatan menyingkir, tapi mobil itu melaju kencang seperti tank yang ingin menyingkirkan kami," ujar Julio saat dihubungi Tempo, Kamis 7 Juni 2018.
Julio dan puluhan mahasiswa lainnya merasa kesal, karena sejak siang banyak mobil yang melintas untuk mengelabui mahasiswa. Ia menyebut, satu rekannya yang tertabrak bernama Naufal Sebastian, mahasiswa angkatan 2014, terluka parah. Tak hanya itu, ia juga melihat ada oknum polisi yang mendorong mahasiswi dengan tidak senonoh.
"Kami bahkan sampai menginap untuk menyerukan aksi kami. Kami sudah memperjuangkan hal ini sejak lama, bahwa uang pangkal sangat memberatkan para mahasiswa. Kami menyayangkan aksi rektor yang arogan, kampus Unnes seperti anti dengan kritik," ucap Julio.
Baca: Berniat Lestarikan Budaya, Mahasiswa Ini Kenakan Koteka di Kampus
Peristiwa penabrakan mahasiswa tersebut membuat Julio prihatin atas arogansi yang dilakukan pihak Unnes. Ia mengaku belum memikirkan apakah akan memperkarakan kasus penabrakan ke ranah pidana. Sementara, pihaknya akan berkonsultasi kepada lembaga bantuan hukum.
"Kami sudah memperingatkan, uang pangkal adalah pemicu konflik. Dalam Permenristek disebut tidak ada kewajiban memberlakukan uang pangkalan. Kami akan terus mengkampanyekan soal itu," ujar Julio.