INFO NASIONAL – Di hadapan ratusan anggota Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan menceritakan pada zaman dulu, satu kapal berbendera VOC masuk ke perairan Nusantara. Dampak dari masuknya kapal kayu itu disebut sangat luar biasa. "Indonesia dijajah selama 350 tahun," ujarnya saat buka puasa bersama KAHMI, di Jakarta, Rabu, 30 Mei 2018.
Dari sejarah masa lalu, Zulkifli mengandaikan bagaimana kalau yang datang orang satu pulau. Untuk menangkal sejarah masa lalu yang kelam dan tak terulang membuat Zulkifli menyebut bangsa ini membutuhkan pemimpin yang tegas dan amanah. "Pemimpin yang mampu menegakkan kedaulatan bangsa," katanya.
Sebagai organisasi yang secara kuantitas dan kualitas bisa dibanggakan, Zulkifli yang juga merupakan alumni HMI, mengajak KAHMI untuk ikut menjadi pelopor persatuan dan kesatuan bangsa. Agar bangsa ini tak mudah diadu domba seperti pada masa lalu. "Peran KAHMI sangat dibutuhkan karena alumninya ada di mana-mana," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, dia senang menjadi tuan rumah buka puasa yang dihadiri 500 anggota KAHMI. "Kemarin, kita buka puasa dengan alumni Menwa dan organisasi wanita Islam," tuturnya.
Dalam buka puasa yang juga dihadiri Gubernur Jakarta Anies Baswedan; mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Gatot Nurmantyo; mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Akbar Tanjung; dan mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Amien Rais, pria asal Lampung itu mengajak pada semua untuk berdoa agar negeri ini tetap diberi kekuatan oleh Allah.
Sementara itu , dalam sambutannya, Koordinator Presidium KAHMI, Siti Zuhro, mengatakan belakangan ini sebagai warga bangsa semakin terusik karena penegakan hukum dan keadilan yang tak kunjung tiba.
Karena itu, KAHMI harus kritis mencermati hal demikian. Sebagai salah satu elemen bangsa, dia mengajak KAHMI mampu menjadi penggerak dinamika bangsa. "Kita jangan tidur agar kita tak terlena," katanya.
Dia melihat proses kebangsaan yang terjadi tak sesuai dengan Empat Pilar MPR. "Karena itu, kita harus meluruskan agar republik ini tak menjadi bangsa yang lemah," ujar perempuan asal Jember, Jawa Timur, tersebut. (*)