TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis mengatakan jemaah Indonesia memiliki sejumlah keistimewaan dibanding jemaah dari negara lain di Arab Saudi. "Ada sejumlah keistimewaan," katanya di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin, 28 Mei 2018.
Keistimewaan pertama, kata Sri Ilham, jemaah Indonesia akan dibuatkan jalur khusus yang tidak tercampur dengan jemaah negara lain. Kedua, penyelenggara haji lokal Arab Saudi menyiapkan tim porter yang mengantarkan langsung koper jemaah Indonesia ke kamarnya.
Baca: Airnav Indonesia Layani 5 Kloter Haji dari Bandara Kertajati
Ketiga, kata Sri Ilham, jemaah haji sudah bisa melakukan perekaman data biometrik di Indonesia sehingga mengurangi waktu tunggu jemaah saat verifikasi setibanya di bandar udara Arab Saudi. Keempat, jemaah mendapatkan pemondokan yang nisbi dekat Mekah untuk menuju Masjidil Haram.
Pemondokan itu tersebar di tujuh wilayah, yaitu Aziziah, Mahbas Jin, Misfalah, Jarwal, Syisyah, Raudhah, dan Rei Bakhsy. Selama di Madinah, jemaah Indonesia mendapat pemondokan di Markaziah atau di dalam King Faisal Road, yang dekat dengan Masjid Nabawi.
Baca Juga:
Baca: KJRI Jeddah: Penambahan Kuota Haji Terkendala Lahan di Arafah
Indonesia merupakan negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia, yaitu sebanyak 221 ribu orang. Direktur Bina Haji dan Umrah Kementerian Agama Khoirizi H. Datsir mengatakan jemaah Indonesia dikenal sebagai rombongan haji yang tertib dan sopan sehingga wajar mendapat perlakuan istimewa.
"Kita patut berbangga dan bersyukur dengan kepercayaan yang diberikan pemerintah Arab Saudi kepada negara kita," ucapnya.
Jumlah jemaah Indonesia jauh dari kuota haji negeri jiran Malaysia, yang sekitar 20-an ribu. Dengan jumlah jemaah yang nisbi lebih kecil, tingkat kerumitan dalam perhajian di negara itu tentu lebih ringan. Terlepas dari hal itu, Arab Saudi tetap memandang arti penting dari jemaah haji Indonesia. "Alasannya, karena pemerintah Arab Saudi melihat kemajemukan yang ada di Indonesia," kata Khoirizi.