TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan tidak ada gejala-gejala Gunung Merapi akan erupsi lagi pada sejak sepanjang hari Jumat ini, 25 Mei 2018. “Dari aspek kegempaan, hembusan atau letusan, juga deformasi tidak terjadi perubahan signifikan, Merapi relatif landai,” kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida ditemui di kantornya, Jumat 25 Mei 2018.
Pergerakan magma dan hasil analisa abu letusan, masih belum bergeser pula dari prosesnya menuju proses magmatis. “Merapi masih menuju proses magmatis, belum magmatis benar.”
Baca: Monyet-monyet Gunung Merapi Terpantau Mulai ...
Indikator yang menunjukkan Merapi masih menuju proses magmatis itu salah satunya belum terjadi inflasi atau penggelembungan saluran, melainkan masih tahap deflasi atau pengempisan saluran setelah kondisi kosong dari sisa material erupsi 2010. Menurut Hanik, magma akan keluar ke permukaan karena baik dari segi seismisitas dan vulkanis masih tetap. ,
Hingga kini, kata Hanik, belum jelas sampai di mana proses magmatis Merapi. "Sehingga belum diketahui pasti kapan munculnya ke permukaan,” ujarnya.
BPPTKG menganalis material abu yang dikeluarkan Merapi pada 11 dan 21 Mei 2018. Letusan Merapi pada 11 Mei 2018 telah mendobrak sisa material erupsi 2010 keluar dan membuka jalan baru untuk keluarnya material baru.
Baca: Bandara Adisucipto Waspadai Sebaran Abu Vulkanik Gunung Merapi ...
Keluarnya material akhir sisa erupsi 2010 diketahui dari sifat material lava yang sifatnya lebih basa. Sedangkan pada letusan 21 Mei 2018, diketahui sifat materialnya masih bersifat asam.
Magma di dalam perut Gunung Merapi itu sifat dasarnya basa. Namun setelah terdepresiasi keluar ke permukaan sifatnya menjadi asam. “Ini diketahui sudah muncul sejak 21 Mei.”