TEMPO.CO, Jakarta - Komisi VII DPR menggelar rapat kerja dengan Kementerian Agama dan Badan Pengelola Keuangan Haji. Pada kesempatan itu anggota DPR juga membahas kegaduhan soal terbitnya daftar 200 mubaligh Kemenag.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan soal terbitnya daftar 200 mubaligh Kemenag tersebut. Menurut dia, 2-3 bulan belakangan bahkan sebelumnya, sejumlah orang baik perorangan, kelembagaan, atau instansi pemerintahan meminta masukan kepada Kementerian Agama untuk mendapatkan nama-nama penceramah.
Baca juga: Menteri Agama Tidak Akan Cabut Daftar 200 Nama Mubaligh
"Bahkan biasanya mereka meminta konfirmasi, mereka menyebutkan beberapa nama, 'apakah si fulan ini bisa direkomendasikan sebagai penceramah'," ujar dia dalam rapat di DPR pada Kamis 24 Mei 2018.
Menjelang bulan Ramadan, ujar Lukman, permintaan itu semakin banyak. Bukan hanya perorangan tapi juga dari masjid, musala, majelis taklim, dan kelompok-kelompok pengajian di bawah kelembagaan, instansi, atau BUMN. "Karena begitu banyaknya permintaan, kami sudah tidak mampu lagi melayani satu per satu. Itulah dalam rangka menjalankan kewajiban kami melayani permintaan masyarakat, kami menghubungi sejumlah ormas Islam, pengurus masjid-masjid yang ada, individu tertentu, ulama, kiai, dan minta masukan siapa penceramah selama ini sering digunakan oleh mereka."
Dari kegiatan itu, Kementerian Agama menghimpun 200 nama penceramah. Karena permintaan yang masif dan kementerian merasa perlu kecepatan untuk menyampaikan kepada mereka, maka kementerian menyampaikan nama ini dalam bentuk rilis. "Rilis 200 mubaligh kemenag adalah bagian yang tidak terpisah dari pemberitaan yang kami turunkan," ujar Lukman. Berita itu, kata dia, berisi tentang latar belakang bagaimana proses mendapatkan 200 nama, dan kenapa jumlahnya 200. Bahkan, ujar dia, di dalam berita itu secara tegas disebutkan bahwa sifat dari rilis ini hakikatnya sementara dan tahap pertama yang akan mengalami perubahan dan penyempurnaan seiring dengan masuknya masukan dari sejumlah ormas islam dan pihak lain.
Baca juga: Siapa 200 Mubaligh Kemenag Laik Naik Mimbar? Inilah Nama Mereka
Lukman juga menjelaskan dalam berita itu pihaknya juga mencantumkan nomor WhatsApp supaya publik bisa merespons rilis. "Mungkin keberatan dan mau menambahkan nama penceramah," tuturnya.
Setelah rilis 200 mubaligh Kemenag itu viral, dia pun memaklumi jika sebagian pembaca hanya membaca rilis tanpa membaca pemberitaan. Hal ini, kata dia, tentu akan menimbulkan banyak tafsir. "Kenapa si a masuk, b masuk. Kenapa ada ulama tidak terkenal masuk," ucap Lukman.
Lukman mengaku banyak belajar dari kritik dan masukan yang diterima. Termasuk tambahan nama mubaligh. "Kami sudah sampaikan (nama-nama) kepada MUI dan MUI sudah rapat di kantornya dengan mengundang ormas Islam kemudian mendalami nama-nama ini, mengklarifikasi dan mencermati," ujarnya.