TEMPO.CO, Jakarta - Saadillah Mursjid, mantan birokrat yang dikenal dekat dengan Presiden kedua RI Soeharto. Bahkan Saadillah setia menemani Soeharto sebelum dan setelah lengser dari kursi RI 1.
Wajar saja, Saadillah menjabat Menteri Sekretaris Negara di era pemerintahan Soeharto pada 1993-1998. Sebelum itu, dia menduduki posisi Menteri Muda Sekretaris Kabinet 1988-1993.
Namanya disebut-sebut dalam pidato Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais pada Senin, 21 Mei 2018. Amien menyampaikan ada satu sosok menteri yang setia menemani Soeharto sebelum mengundurkan diri sebagai presiden pada 21 Mei 1998. Dialah Saadillah.
Baca: Amien Rais Ungkap Sosok Menteri yang Setia Dampingi Soeharto
Dua hari setelah Soeharto mundur, dokter-dokter kepresidenan datang menemuinya di kantor Muhammadiyah, Jakarta. Mereka menuturkan, tak ada menteri yang mendampingi saat Soeharto berniat berhenti, kecuali Saadillah.
"Tidak ada satu menteri pun yang masih mendampingi Pak Harto, kecuali Pak Saadillah Mursjid,” kata Amien saat berpidato dalam acara Refleksi 20 Tahun Reformasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Pria kelahiran Barabai, Kalimantan Selatan, 7 September 1937 ini memulai karier di pemerintahan sebagai pegawai Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Saat berusia 30 tahun, Saadillah menjabat Sekretaris Bidang Spiritual dan Rohaniah Bappenas. Pengabdiannya di Bappenas berakhir setelah menjadi Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional di samping sebagai Deputi Bidang Administrasi Bappenas (1985-1988).
Baca: Mantan Menteri Sekretaris Negara Saadillah Mursjid Wafat
Dalam laman kepustakaan-presiden.pnri.go.id tertulis, Saadillah mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana pada 1992. Ia juga pernah menjabat General Manager Taman Mini Indonesia Indah sejak 2003.
Dia lahir dari keluarga petani yang sekaligus guru madrasah. Pendidikan Saadillah bisa dikatakan cemerlang. Anak ketiga dari sembilan bersaudara ini menempuh pendidikan SD dan SMP di tanah kelahirannya, sementara SMA di Banjarmasin.
Tamat SMA, Saadilah merantau ke Malang, Jawa Timur untuk meneruskan kuliah di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Airlangga. Akan tetapi, sarjana ilmu pendidikannya dituntaskan di UGM Yogyakarta pada 1964. Ketika bekerja di Bappenas, Saadillah memperoleh beasiswa Harvard University dan gelar Master in Public Administration (M.P.A.) pada 1972.
Saadilah tutup usia pada 68 tahun. Ia meninggal karena stroke pada 28 Juli 2005, mendahului Soeharto yang wafat pada 27 Januari 2008. Saadilah wafat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. "Beliau meninggal sekitar pukul empat sore" ujar Iman, petugas RSPP seperti dikutip dalam Majalah Tempo edisi 1 Agustus 2005.
MAJALAH TEMPO
Baca: 20 Tahun Reformasi: Soeharto yang Bangkit Lagi di Ingatan Publik