TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi kembali mengalami letusan freatik kedua pada Senin pukul 09.38, 20 Mei 2018, setelah sebelumnya mengalami letusan serupa pukul 01.25. “Letusan freatik kedua diikuti dengan ketinggian asap 1200 meter,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida di kantornya, Senin, 20 Mei 2018.
Ketinggian asap itu lebih tinggi dari asap letusan pertama yang hanya 700 meter. Meski demikian letusan freatik kedua ini selang waktunya hanya selama enam menit atau lebih pendek dibanding letusan freatik pertama dini hari tadi yang sampai 19 menit.
Baca Juga:
Baca: Gunung Merapi Alami Letusan Freatik Lagi
Sejak erupsi 2010, Merapi sudah mengalami letusan freatik sebanyak sembilan kali. Letusan freatik terjadi tiga kali dalam 10 hari terakhir. “Dari sejarah letusan freatik Merapi, belum pernah sesering ini.”
Rentetan letusan freatik yang dipicu tekanan gas dari perut Merapi selama sepuluh hari terakhir bukan pertanda memicu letusan magmatic yang sifatnya lebih berbahaya. Meski ia mengakui rentetan letusan freatik bisa diikuti letusan magmatic.
BPPTKG mengkonfirmasi rentetan letusan freatik Merapi 10 hari terakhir tidak juga disertai perubahan morfologi sebagai penanda akan terjadinya letusan magmatic. “Letusan freatik hari ini sama dengan sebelumnya, data seismic menunjukkan itu freatik tanpa magmatic.”
Baca: Letusan Freatik Gunung Merapi, BNPB: Tidak ...
Hanik menuturkan fenomena letusan freatik ini sebagai gejala normal Merapi setelah letusan besar 2010. Setelah erupsi freatik, kemungkinan memang terjadi magmatic. Namun sampai sekarang tak ada sinyal atau tanda-tanda yang mengarah ke letusan magmatic.
“Kami masih terus awasi perkembangan Merapi.” Ia mengimbau masyarakat tetap waspada meski status Gunung Merapi masih normal.