INFO NASIONAL - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengapresiasi Sarasehan Nasional Kebudayaan yang digelar oleh Lembaga Pengkajian MPR (Lemkaji). Menurutnya, sarasehan yang berlangsung di Gedung Nusantara IV, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Selasa, 15 Mei 2018, dengan tema “Budaya Pancasila Sebagai Peradaban Indonesia”, sangat penting karena hari-hari ini dan ke depan perlunya kembali menegaskan Pancasila sebagai budaya bangsa. Hal itu agar Pancasila bisa merasuk ke jiwa seluruh bangsa Indonesia.
Dalam tahun politik, menurut HNW, kompetisi yang terjadi antarpartai politik dan masyarakat terjadi sangat luar biasa. Di sinilah pentingnya budaya Pancasila. “Bila lupa Pancasila, kita khawatir politik yang terjadi hanya berorientasi jangka pendek, hanya sekadar menang pilkada dan pilpres,” ujarnya.
Baca Juga:
Untuk itu sarasehan yang dihadiri oleh para budayawan itu penting, dan merupakan momentum yang sangat bagus untuk mengingatkan kepada semua masyarakat kepada budaya Pancasila. “Kita segarkan kembali budaya Pancasila,” tegasnya.
Menyegarkan budaya Pancasila saat ini, apalagi di tengah maraknya kembali masalah teror dan terorisme, menurut HNW sangat perlu. Dia yakin, bila masyarakat melaksanakan Pancasila dengan baik maka masalah teror dan terorisme bisa diatasi. Dirinya menyebut Sila I Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa, yang menekankan bahwa tidak ada agama mana pun yang mengajarkan teror dan terorisme.
Lebih lanjut HNW mengutip pernyataan Menkopolhukam Wiranto bahwa masalah teror dan terorisme akar masalahnya karena adanya kesenjangan sosial dan ekonomi. Dalam konteks Pancasila, Sila V, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, maka bila negara ingin memberantas teror dan terorisme secara efektif dan maksimal maka negara harus menghadirikan Sila V. “Itu agar permasalahan yang ada bisa diatasi,” tutur pria asal Klaten, Jawa Tengah itu.
Baca Juga:
Sementara itu dalam sambutannya, Ketua Lemkaji Rully Chairul Azwar mengatakan Pancasila tidak mewarnai sistem ekonomi, politik, dan hukum karena terjadi kesenjangan antara cita moral dan kenyataan. “Tidak satunya kata dan perbuatan. Munafik telah menjadi gejala umum dalam tataran pergaulan keseharian. Persoalan yang terjadi bukan pada tataran konsep namun pada tataran internalisasi dan penerapan,” katanya.
Rully menegaskan, masyaralat Indonesia tak perlu ragu menjadikan Pancasila sebagai basis nilai untuk membangun bangsa. Dipaparkan, peradaban maju dunia selalu dikaitkan dengan nilai budaya yang dianut masyarakat. Ia mencontohkan kemajuan peradaban Barat karena nilai-nilai budaya etika Protestan. Bangsa-bangsa Asia Timur juga maju karena nilai konfusianisme atau semangat Bushido. (*)