TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu mengaku, sejak dua tahun lalu, dia telah memprediksi keadaan keamanan Indonesia akan rawan teror, seperti serangkaian teror bom di Surabaya. "Dua tahun lalu, saya sudah mengerti akan terjadi begini," kata Ryamizard dalam acara pertemuan dengan wartawan di Graha Mandiri, Jakarta, Senin, 14 Mei 2018.
Ryamizard juga menuturkan saat ini sedang menghadapi teroris generasi ketiga. Generasi pertama adalah yang meledakkan gedung World Trade Center di Amerika Serikat. Yang kedua adalah ISIS. Dan yang ketiga, mereka yang menganggap diri sebagai pejuang dengan cara meledakkan diri. "Makanya, dua tahun lalu, saya membuat trilateral untuk melokalisasi."
Baca: Ini Daftar Korban Ledakan Bom di Mapolrestabes Surabaya
Untuk menangani terorisme, ujar Ryamizard, masyarakat Indonesia harus lebih bersatu. Setelah bersatu, masyarakat harus solid melawan terorisme.
"Harus keras kita melawan kekerasan itu. Ini untuk mengamankan rakyat, menyelamatkan bangsa ini," ujarnya. Ia mengkritik beberapa pihak yang terlalu mengutamakan hak asasi manusia. "Jangan dikit-dikit HAM, dikit-dikit HAM."
Baca: Bom di Mapolrestabes Surabaya Diangkut dengan Sepeda Motor...
Bom bunuh diri meledak di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, pada Ahad pagi, 13 Mei 2018. Malam harinya, bom bunuh diri terjadi di Rumah Susun Wonocolo, Sidoarjo. Selanjutnya, Senin pagi, 14 Mei 2018, bom bunuh diri kembali terjadi di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya.
Ryamizard berharap teror seperti rangkaian ledakan bom di Surabaya tidak terjadi lagi. Ryamizard mengatakan hal itu cukup sebagai pelajaran bagi Indonesia.