INFO NASIONAL – Peran orang tua dalam mendorong dan mengontrol fondasi pendidikan anak sangat penting. Terlebih, perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat membuat orang tua harus semakin peka dalam menghadapi tantangan zaman. Staf Ahli Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi bidang Pengembangan Ekonomi Ratna Dewi Andriati mengatakan, orang tua harus membentengi anak-anak dari paham-paham radikal.
“Bentengi anak-anak, sampaikan pendidikan yang bagus, juga pendidikan akhlak dan agama,” ujar Ratna mewakili Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo pada seminar parenting bertema "Membentuk Karakter Anak Menghadapi Tantangan Zaman", yang digelar Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Desa, di Balai Makarti Muktitama, Jakarta, Senin, 14 Mei 2018.
Baca Juga:
Ratna juga mengungkapkan keprihatinannya melihat fenomena bom bunuh diri yang melibatkan anak-anak. Seminar yang digelar hari ini, lanjut dia, menjadi momentum bagi para orang tua agar semakin baik dalam menguatkan pendidikan karakter bagi anak.
"Saya prihatin atas insiden bom bunuh diri yang dilakukan seorang ibu, yang membawa anak-anaknya ikut serta. Saya sedih sekali bagaimana seorang ibu mempengaruhi pikiran anak-anaknya untuk ikut serta melakukan tindakan terorisme," katanya.
Ratna mencontohkan pola pendidikan anak yang dilakukan di Jepang dan Korea. Menurut dia, penting bagi keluarga untuk tetap mempertahankan aspek budaya, di samping meningkatkan kualitas pendidikan.
Baca Juga:
"Apakah ibu-ibu bangga dengan guru asing? Boleh, asal kita harus ada landasan,” ucap Ratna.
Sementara itu, pakar parenting Indonesia Heritage Foundation Florence Yulisinta Jusung mengatakan, orang tua adalah arsitek bagi otak anak. Bagian-bagian otak kritis dibentuk pada usia dini. Otak anak, lanjut dia, seperti spons. Karena itu, orang tua harus mencontohkan perilaku yang baik.
"Solusinya melindungi anak dari bahaya, yaitu mengubah lingkungan pengasuhan dan pendidikan. Sebelum mendidik anak dengan penuh cinta, kita dulu yang harus memiliki cinta dan bahagia,. Orang tua juga harus melek teknologi," tutur Florence.
Senada dengan itu, motivator parenting Andriansyah mengatakan, pembentukan perilaku anak dipengaruhi lingkungan dan teknologi. Dia berpesan agar orang tua tidak memberikan fasilitas teknologi, seperti komputer dan telepon genggam di dalam kamar atau yang bersifat pribadi.
"Saat ingin memberikan fasilitas (komputer atau telepon genggam), jangan sekali-kali memberikan izin dimasukkan ke dalam kamar anak. Letakkan teknologi tadi di tempat umum, seperti ruang keluarga. Kedua, berikan komitmen bersama saat memberikan teknologi. Perlu dicatat, informasi terpenting adalah dari orang tuanya," ujarnya. (*)