TEMPO.CO, Jakarta - Sehari setelah teror bom di Surabaya, Wali Kota Tri Rismaharini mendatangi rumah terduga para pelaku di kawasan Wonorejo Asri, Kecamatan Rungkut. Ia terus meminta perkembangan informasi seputar sosok keluarga Dita Oepriarto dan istrinya, Puji Kuswari, beserta anak-anaknya.
Berdasarkan informasi yang ia peroleh, salah satu anak terduga pelaku bom bunuh diri mengutarakan cita-cita yang tak biasa. “Pernah ditanya apa cita-citanya, lalu dia menjawab ingin mati syahid,” ujarnya melalui siaran pers, Senin, 14 Mei 2018.
Bahkan anak itu tak mau mengikuti pelajaran Pancasila alias Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Ia pun tak mau mengikuti upacara bendera.
Baca juga: Sikap Muhammadiyah dan PBNU terhadap Kasus Bom di Surabaya
Karena itu, warga diminta berhubungan baik dengan lingkungan sekitar, termasuk dalam bentuk ucapan. “Kita harus peka akan hal-hal ini. Penting mendapatkan informasi awal untuk bisa mendeteksi lebih dalam," tutur Risma.
Risma pun segera membuat surat edaran kepada semua rukun tetangga dan rukun warga guna mewaspadai orang-orang di sekeliling yang mencurigakan. Salah satunya dengan menghidupkan sistem keamanan keliling dan forum komunikasi warga.
Di sisi lain, Risma berpesan agar seluruh warga kota tak takut kepada segala upaya terorisme. “Ini adalah cobaan yang mana kita tidak boleh menyerah dan kita tidak boleh kalah dengan hal-hal yang sifatnya menakut-nakuti warga Surabaya semuanya. Ingat, kita punya Tuhan Yang Maha Kuasa,” ucapnya.
Baca juga: Pelaku Bom di Surabaya Satu Keluarga, Begini Pembagian Tugasnya
Perempuan 55 tahun itu meminta warga Surabaya tetap tenang pasca-peristiwa bom di Surabaya. Sebab, kata dia, Pemerintah Kota Surabaya, Polres, dan Tentara Nasional Indonesia sepakat untuk lebih intens menjaga Surabaya dari sisi strategi baru sampai intensitas keamanan.