TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan mengerahkan sampai seribu personel untuk mengatasi kerusuhan yang terjadi di rumah tahanan Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob), Kelapa Dua, Depok.
"Jumlah anggota yang mengepung 800 sampai 1.000 orang," kata Tito saat meninjau lokasi kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis, 10 Mei 2018.
Kerusuhan antara tahanan kasus terorisme dan petugas kepolisian di rutan Mako Brimob pecah pada Selasa, 8 Mei malam. Polisi menyatakan kerusuhan dipicu oleh seorang tahanan bernama Wawan Kurniawan yang marah karena makanan titipan keluarganya terlambat datang.
Baca: Kapolri Tito Karnavian Berencana Bangun Rutan Khusus Teroris
Kemarahan Iwan kemudian memicu tahanan lainnya memberontak. Sejumlah tahanan membunuh lima anggota polisi dan menyandera satu polisi lainnya. Di pihak tahanan, satu korban tewas tertembak.
Tito menjelaskan pertama kali mendapat kabar kerusuhan itu pada Selasa malam. Saat itu dia sedang melakukan kunjungan ke Yordania. Dari sana, Tito berkoordinasi dengan jajarannya menangani peristiwa tersebut.
Tito mengatakan polisi saat itu memiliki dua pilihan, yaitu menyerbu langsung atau memberikan peringatan dahulu agar para tahanan menyerah. Dia berujar opsi kedua akhirnya dipilih karena para tahanan terbelah antara yang pro kekerasan dan kontra dengan kekerasan. "Itulah yang menjadi pilihan kami, agar jangan sampai ada korban yang banyak," kata dia.
Baca: Semua Teroris dari Mako Brimob Dipindahkan ke Nusakambangan
Tito mengatakan polisi kemudian menjalankan strategi itu. Polisi, kata dia, memberikan ultimatum agar tahanan menyerah. Alhasil, pada Kamis dini hari, tahanan membebaskan seorang polisi yang sempat disandera, yaitu Bripka Iwan Sarjana.
Para tahanan kemudian menyerah tanpa syarat pada Kamis, 10 Mei 2018 pukul 07.15. "Jadi sepanjang malam ada warning dan alhamdulilah besok paginya mereka menyerahkan diri," kata dia.