TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Charles Honoris, menilai perlu adanya perbaikan terhadap model pemasyarakatan narapidana teroris pasca-kerusuhan di Markas Komando atau Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Menurut dia, perbaikan ini untuk membatasi ruang gerak dan komunikasi sesama narapidana.
"Napi kasus terorisme sebaiknya ditempatkan di lapas dengan maximum security, seperti Lapas Batu di Nusakambangan," kata Charles, yang juga politikus PDI Perjuangan, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis 10 Mei 2018.
Baca: Polisi Duga Tahanan Mako Brimob Live Instagram Pakai HP Rampasan
Ketakutan Charles beralasan. Menurut dia, tersebarnya video kerusuhan di awal insiden yang terjadi pada Selasa malam, 8 Mei 2018 itu, berpotensi menggerakkan kelompok teroris lainnya. "Ini upaya menghidupkan sel tidur dan mendorong pelaku teror lainnya untuk ikut bersama-sama melawan negara," ujarnya.
Anggota polisi Brimob membawa anjing pelacak saat berjaga usai melakukan penanggulangan penyanderaan dan kerusuhan di Mako Brimob, Depok, 10 Mei 2018. REUTERS/Darren Whiteside
Charles pun meminta pemerintah melacak dan memonitor jaringan komunikasi para pelaku teror. Tujuannya, kata dia, untuk mencegah kemungkinan serangan susulan oleh kelompok teror. "Pengamanan instalasi strategis negara termasuk kantor-kantor kepolisian juga harus ditambah," ujarnya.
Insiden kerusuhan di Mako Brimob pecah pada Selasa malam, 8 Mei 2018. Tak lama setelahnya, beredar foto-foto dan video yang menunjukan keributan hebat di dalam Mako Brimob. Bahkan jika melihat foto dan video itu, tampak narapidana tersebut sengaja menyiarkan kerusuhan itu melalui media sosial.
Baca: Rusuh Mako Brimob, Pemuda Muhammadiyah: Jangan Termakan Isu ISIS
Mabes Polri pun sempat mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar tidak mudah mempercayai foto-foto dan video yang beredar terkait kerusuhan yang mengakibatkan lima anggota kepolisian dan satu narapidana teroris tewas. Kamis, 10 Mei 2018, pukul 07.15 WIB, kepolisian menyatakan operasi pemulihan keamanan di Mako Brimob itu selesai.
Charles mengapresiasi pemulihan keamanan di kompleks Rutan Mako Brimob yang memakan waktu sekitar 36 jam. "Salut untuk tim negosiator yang sudah berhasil melepaskan sandera Bripda Iwan Sarjana tanpa ada satu pun senjata yang menyalak," ujar dia.