INFO JABAR -- Keberadaan sungai Citarum sangat penting bagi warga Jawa Barat. Sayangnya kualitas air sungai Citarum sekarang ini masuk grade D, atau sangat buruk. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat, tapi hasilnya belum optimal.
Gubernur Ahmada Heryawan menyatakan hal itu saat mempertahankan disertasi doktoralnya dengan judul “Model Keberlanjutan Bisnis di Daerah Aliran Sungai Citarum, Indonesia” pada Sidang Promosi Doktor di Gedung Graha Sanusi Universitas Padjadjaran, Rabu, 9 Mei 2018. Ia meraih gelar doktor dengan yudicium cum laude.
Menurut Aher, sapaan akrab Gubernur, agar perbaikan Sungai Citarum bisa diakselerasi, maka perlu dibentuk badan khusus semacam badan otorita, yang memiliki kewenangan besar untuk menghimpun semua stakeholder.
“Dengan badan otorita, Citarum bisa dijaga dan ditingkatkan nilai airnya. Badan Otorita Citarum dapat menjadi sebuah lembaga yang akan melaksanakan berbagai program secara serentak, masif, dan berkelanjutan yang dapat menyelesaikan masalah Sungai Citarum,” ujar Aher.
Dalam penelitiannya, Ahmad Heryawan menyebutkan bahwa peningkatan nilai air akan menjamin keberlanjutan bisnis di daerah aliran sungai (DAS) Citarum. Tidak mungkin ada keberlanjutan bisnis di DAS Citarum tanpa memperbaiki nilai airnya.
Begitu juga sebaliknya, orientasi profit dengan meningkatnya perbaikan nilai air justru akan menimbulkan kerugian. “Jadi sebetulnya perbaikan nilai air itu adalah kebutuhan masyarakat dan industri,” ujar Gubernur Jabar dua periode ini.
Aher mencontohkan, dulu Sungai Han di Korea sekotor Citarum. Namun, dalam beberapa tahun telah berubah menjadi destinasi wisata dan sumber air yang baik bagi rakyat Korea. Itu semua bisa terwujud karena adanya gerakan bersama pemerintah, masyarakat, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan juga pelaku bisnis.(*)