Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Belajar dari Etos Kerja Guru dan Siswa Korea

image-gnews
Ilustrasi pendidikan di Indonesia
Ilustrasi pendidikan di Indonesia
Iklan

INFO NASIONAL - Korea mengalami kemajuan yang pesat dalam lima dekade terakhir. Padahal, hingga 1960-an, Korea dikenal sebagai salah satu negara termiskin di kawasan Asia. Saat itu Korea hanya mengandalkan pertanian sebagai sumber hidup rakyatnya. Negara ini juga dikenal sebagai negara yang miskin dengan sumber daya alam.

Mulai pertengahan 1960, Korea mengalami kemajuan yang pesat di bidang pendidikan, ekonomi, dan kebudayaan, hingga dikenal sebagai salah satu negara terkaya di dunia saat ini. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kemajuan pesat negara ini tidak terlepas dari mentalitas dan daya juang rakyat Korea yang sangat tinggi. Orang Korea dikenal sebagai pekerja keras, berdisiplin tinggi, jujur, dan memiliki pendirian yang teguh.

Di bidang pendidikan, saat ini Korea merupakan negara yang memiliki reputasi yang sangat tinggi. Dalam berbagai studi komparatif internasional, Korea selalu dilaporkan sebagai negara yang memiliki reputasi yang sangat baik karena selaku berada pada posisi lima besar, dibandingkan dengan Indonesia yang selalu menempati posisi ‘lima kecil’. Dalam bidang teknologi, Korea juga dikenal sebagai negara penghasil berbagai teknologi, mulai dari alat komunikasi, transportasi, dan berbagai alat elektronik. Korea juga unggul dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan.

Dalam TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang diselenggarakan IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement) setiap empat tahun sejak 1995, Korea selalu menempati posisi lima besar. Pada 1995, untuk bidang Matematika Grade 8, Korea berada pada posisi nomor dua setelah Singapura. Sementara di bidang IPA, Korea berada pada posisi nomor empat setelah Singapura, Ceko, dan Jepang. Pada 1999, Korea kembali menduduki posisi nomor dua setelah Singapura untuk bidang Matematika, dan posisi nomor lima untuk IPA setelah Taiwan, Singapura, Hungaria, dan Jepang. Pada 2003, Korea tetap menduduki posisi nomor dua setelah Singapura di bidang Matematika, dan posisi nomor tiga pada bidang IPA setelah Singapura dan Taiwan.

Pada 2007, Korea tetap berada pada posisi nomor dua setelah Taiwan untuk Matematika, dan posisi nomor 4 untuk IPA setelah Singapura, Taiwan, dan Jepang. Pada 2011, Korea menduduki posisi pertama untuk Matematika, dan posisi nomor 3 untuk IPA setelah Singapura dan Taiwan. Terakhir pada 2015, Korea berada pada posisi nomor tiga setelah Singapura dan Taiwan untuk Matematika, dan posisi nomor empat untuk IPA setelah Singapura, Jepang, dan Taiwan (untuk tahun 2015 ini Indonesia tidak ikut pada jenjang Grade 8, tapi pindah ke Grade 4 yang juga diikuti oleh Korea).

Pada studi international lainnya, yaitu PISA (Program for International Students Asessment) yang diselenggarakan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation) setiap tiga tahun sekali untuk anak usia 15 tahun di bidang Matematika, IPA, dan literasi, Korea juga memiliki reputasi yang sama, yaitu selalu berada di posisi puncak. Sementara Indonesia juga konsisten berada pada posisi di bawah. Pada PISA 2003, saat pertama kali Indonesia ikut, Korea berada pada posisi kedua setelah Finlandia untuk kemampuan bidang Matematika, sementara Indonesia berada pada posisi paling akhir dari 40 negara peserta. Hal yang hampir sama juga terjadi pada kegiatan PISA selanjutnya pada 2006, 2009, 2012, dan terakhir 2015.

Melihat kenyataan itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) pun memberikan perhatian khusus terhadap rendahnya capaian anak-anak Indonesia pada kedua studi internasional tersebut. Dalam kaitan itu, Mendikbud memberikan instruksi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Guru agar segera mengadakan langkah-langkah untuk meningkatkan kompetensi guru Indonesia agar mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Materi soal yang ditanyakan pada kedua studi international di atas, pada umumnya soal-soal untuk mengukur prestasi siswa dan merupakan pertanyaan yang memerlukan daya berpikir dan analitis yang lebih tinggi, atau yang lebih dikenal dengan HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan CTS (Critical Thinking Skills). Pertanyaan jenis ini ditandai dengan pertanyaan yang memerlukan informasi lain sebagai jawabannya, atau memerlukan daya analitis yang tinggi, tidak merupakan pertanyaan yang bersifat langsung. Siswa Indonesia tidak terbiasa dengan jenis pertanyaan seperti ini, sehingga mereka tidak mampu menjawab dengan benar.

Oleh sebab itu, para siswa Indonesia perlu diberi bekal keterampilan berpikir analitis dan kritis, agar mampu menjawab pertanyaan seperti yang diajukan di dalam berbagai studi maupun dalam berbagai kesempatan uji kemampuan. Kemampuan ini hanya bisa diberikan atau diajarkan kalau gurunya menguasai konsep HOTS dan CTS, dan mampu mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.

Prestasi unggul anak-anak Korea yang ditunjukkan pada studi TIMSS dan PISA ini, menunjukkan bahwa mereka mampu menjawab pertanyaan yang diberikan pada studi itu dengan baik. Itu artinya, mereka dapat menjawab pertanyaan yang memerlukan tingkat berpikir dan tingkat analitis yang tinggi.

Merujuk pada kemajuan yang dicapai oleh Korea dalam berbagai bidang, maka momentum pertukaran guru Indonesia-Korea merupakan saat yang sangat tepat untuk guru-guru Indonesia menimba ilmu, dan mengamati langsung bagaimana guru-guru Korea melaksanakan proses pembelajaran, bagaimana mereka menanamkan disiplin kepada murid-murid mereka, bagaimana guru-guru Korea menanamkan semangat kerja dan semangat pantang menyerah kepada murid-muridnya.

Guru-guru Indonesia tidak hanya perlu mengamati proses pembelajaran di sekolah, tapi juga mengamati bagaimana masyarakat Korea pada umumnya mendidik anak-anak mereka, sehingga dapat menjadi anak yang jujur, berdisiplin, pekerja keras, dan punya pendirian yang teguh. Keberadaan guru-guru Indonesia di Korea selama kurun waktu tiga bulan ini, perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk belajar banyak dan menyerap semua aspek kehidupan warga Korea, mulai dari rumah, sekolah, dan kehidupan bermasyarakat umumnya, yang merupakan tiga wadah kehidupan yang sangat berperan dalam membentuk watak dan karakter anak. (*)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

7 November 2022

Cara Merawat Ban Tubeless Mobil

Agar ban tubeless Anda mampu bertahan lama, pasti harus diperlakukan dengan baik sehingga tidak cepat rusak.


Guru TIK Batam Makin Melek Digital

29 Agustus 2022

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam | Foto: KEMENKOMINFO
Guru TIK Batam Makin Melek Digital

Kemenkominfo Menyelenggarakan Kelas Literasi Digital dalam Bimbingan Teknis untuk MeningkatkanKompetensi Guru TIK di Kota Batam


Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

27 Februari 2022

Semakin Mudah, LRT, Bus, dan Angkot di Palembang Sudah Terintegrasi

Integrasi memudahkan aksesibilitas dan meningkatkan kenyamanan masyarakat menggunakan angkutan umum perkotaan di Palembang dan sekitarnya.


Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

27 Februari 2022

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Gus Muhaimin Rajut Spirit Perjuangan Kiai Abbas di Pesantren Buntet Cirebon

Gus Muhaimin mengaku spirit perjuangan Kiai Abbas akan terus dikenang sepanjang masa.


Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

27 Februari 2022

Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Utamakan Nelayan Kecil

Kuota tersebut dimanfaatkan untuk nelayan lokal, bukan tujuan komersial (penelitian, diklat, serta kesenangan dan rekreasi), dan industri


BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

19 Februari 2022

(Ki-ka) Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dan Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan bersama sekitar 300 diaspora Indonesia yang hadir secara virtual dalam Acara Silaturahmi Daring Diaspora Indonesia, Sabtu (19/2/2021).
BNI Siapkan Layanan Beyond Banking untuk 8 Juta Diaspora Indonesia

Kolaborasi diaspora dengan perbankan nasional merupakan upaya untuk terus menciptakan banyak peluang investasi di luar negeri.


Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

19 Februari 2022

Mesin ATM BNI
Mesin ATM BNI di Kantor Rans, Pakar: Strategi Bank Genjot Literasi Keuangan

Heboh Raffi Ahmad dan Nagita Slavina yang mendapatkan kado ulang tahun mesin ATM dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).


Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

19 Februari 2022

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo
Bamsoet Optimistis Pengaspalan Kembali Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Segera Selesai

Tes pramusim MotoGP yang telah digelar pada 11 Maret 2022 menjadi pelajaran penting menghadapi race MotoGP pada 18-20 Maret 2022 nanti.


Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

19 Februari 2022

Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

Kesuksesan penyelenggaraan G20 Indonesia akan menjadi bukti keandalan listrik PLN dalam mendukung kegiatan berstandar dunia.


HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

19 Februari 2022

Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA
HNW: Sebaiknya Pemerintah Segera Mencabut Permenaker 2/2022

Sikap yang memaksakan tetap berlakunya Permenaker 2/2022 itu bisa menciderai nilai kemanusiaan dan keadilan dalam Pancasila.