TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga Sumba Barat bernama Poro Duka, 45 tahun tewas tertembak saat menolak pengukuran tanah yang dilakukan pihak investor di pesisir Marosi, Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 25 April 2018.
Dalam video yang ditayangkan di kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia di Jakarta Selatan, terlihat suasana sebelum dan sesudah peristiwa penembakan Poro Duka.
Dalam rekaman yang diambil 24 April 2018, terjadi mediasi antara Bupati Sumba Barat, Dinas Pertanahan, Perwakilan Badan Pertanahan Nasional dan PT Sutera Marosi. Perusahaan itu merupakan investor di bidang pariwisata yang akan menggunakan lahan tersebut.
Baca juga: 21,85 Persen Warga NTT Miskin
Menurut kuasa hukum warga Desa Patiala Bawa, Petrus Paila Lolu, mediasi ini tidak menghasilkan titik temu. Namun pihak-pihak tersebut menyatakan tetap akan melakukan pengukuran tanah, dikawal oleh pihak kepolisian. Mediasi ini diadakan karena pada 21 Februari 2018, saat akan diadakan pengukuran, warga protes dan menolak kegiatan itu.
Baca Juga:
Pada 25 April 2018, sekitar pukul 09.00 Wita, pihak PT. Sutera Marosi bersama BPN datang ke lokasi untuk kembali melakukan pengukuran tanah. Mereka dikawal oleh seratusan polisi bersenjata, di antaranya berseragam Brigade Mobil. Ada juga tentara yang membawa senapan. Warga kembali protes namun camat dan kepala dinas berusaha menenangkan mereka.
Sebagian warga pun memutuskan datang ke kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumba Barat untuk menyampaikan aspirasi. Sebagian lagi tetap berada di lokasi. Sekitar pukul 13.30, proses pengukuran dilanjutkan.
Sampai pada pengukuran di bidang 5, warga mengambil foto dan rekaman aktivitas itu. "Polisi berusaha mengambil HP milik warga," kata Kepala Desa Patiala Bawa, Luter Laku Nija, di kantor Walhi, Rabu, 2 Mei 2018.
Melihat adanya perampasan ponsel dan pemukulan yang dilakukan polisi, kata Luter, warga kembali protes dan berbondong-bondong ke lokasi. Dalam sebuah rekaman video yang diambil oleh adik Poro Duka, terdengar suara tembakan dua kali. Polisi juga merampas ponsel milik adik Poro Duka sebelum warga itu tewas.
Baca juga: Di NTT, Jokowi Bagikan Sertifikat Tanah untuk Warga Rote
Dalam video lainnya, tampak ayah satu anak itu tergolek lemas digotong oleh polisi dan tentara dengan sepeda motor. Lalu dia diangkat naik ke mobil polisi dengan tenda terbuka untuk dibawa ke rumah sakit.
Luter menyaksikan proses otopsi Poroduka. Menurut dia, dokter menemukan peluru berukuran kecil di bagian lambung korban. "Peluru itu tidak seperti biasanya kami lihat. Kata dokter, tanyakan sama polisi," ucapnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Nusa Tenggara Timur Umbu Wulung mengatakan rencananya, kawasan di pesisir Marosi akan dijadikan lokasi pariwisata. Bahkan kawasan tersebut menjadi prioritas pembangunan nasional untuk pengembangan usaha di sektor pariwisata dengan target menyumbang produk domestik bruto 5,5 persen dan devisa Rp 233 triliun. Warga menolak pengukuran tersebut karena menganggap tanah tersebut lahan telantar dan perusahaan tidak memiliki legalitas yang jelas.