TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta telah memeriksa sebagian besar mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa penolakan pembangunan New Yogyakarta International Airport (Bandara NYIA) yang berujung ricuh di simpang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Selasa, 1 Mei 2018.
Dari pemeriksaan terhadap 69 peserta aksi yang ditahan kepolisian sejak Selasa petang, ada tiga tersangka yang ditetapkan sebagai peserta yang terbukti melakukan perusakan dan pembakaran pos polisi lalu lintas di sekitar lokasi aksi.
Baca: Tolak Proyek Bandara NYIA Kulon Progo, Massa Bakar Pos Polisi
“(Selain tiga tersangka kasus perusakan pos polisi) ada satu peserta aksi yang terbukti positif memakai narkoba saat melakukan aksi itu,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian DIY Ajun Komisaris Besar Yulianto kepada Tempo, Rabu, 2 Mei 2018.
Adapun soal narkoba yang digunakan, kata Yulianto, peserta aksi tersebut positif memakai sabu, ganja, ekstasi, dan obat pemenang. “Dia bukan termasuk yang melakukan perusakan pos polisi, tapi satu kelompok dalam aksi itu sehingga pemeriksaan dilakukan terpisah,” ujarnya.
Unjuk rasa yang dilakukan Gerakan Aliansi Mahasiswa 1 Mei (Geram) yang digelar sebagai aksi protes pembangunan Bandar Udara New Yogyakarta International Airport atau NYIA berujung ricuh. Massa membakar dan merusak pos polisi, yang persis berada di sekitar lokasi. Kepolisian pun mengamankan sebanyak 69 orang massa.
Baca: Pembebasan Lahan Bandara Kulon Progo Tuntas Akhir Bulan Ini
Sampai saat ini, Yulianto menuturkan para peserta aksi seluruhnya masih ditahan oleh kepolisian untuk pemeriksaan lebih lanjut dan berstatus saksi. “Kami masih periksa masing-masing terkait keterlibatan dalam aksi itu,” kata dia.
Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta Brigadir Jenderal Ahmad Dofiri menuturkan, aksi perusakan pos polentas itu merupakan gerakan yang ngawur yang tak jelas aspirasi dan tuntutannya. Sebab, selain merusak pos polisi dan memblokade jalan Yogya-Solo selama hampir dua jam dari pukul 15.00-17.00 WIB, aksi itu menyinggung berbagai isu yang dinilai tak terarah.
“Masak sampai muncul (tulisan bunuh) Sultan, ini kan ngawur, mereka itu sebenarnya aspirasinya apa?” kata Dhofiri. Pantauan Tempo saat aksi berlangsung kemarin, sebagian besar massa aksi itu membawa spanduk dan poster berisi penolakan pembangunan bandara NYIA di Kulon Progo.