TEMPO.CO, Yogyakarta - Kericuhan antara pengunjuk rasa dan penduduk sempat terjadi saat massa Gerakan Aliansi Mahasiswa 1 Mei (Geram) melancarkan aksi penolakan atas pembangunan Bandara NYIA (New Yogyakarta International Airport). Kericuhan itu dipicu oleh tindakan pengunjuk rasa yang melempar bom molotov dan mengenai kerumunan penduduk.
Unjuk rasa itu digelar di simpang pertigaan depan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Awalnya massa membakar ban di jalan lalu melepari pos polisi dengan bom molotov. Toko handphone di sebelah pos polisi dan gerai waralaba KFC juga terkena sasaran.
“Awalnya kami diamkan mereka bakar ban di jalan,” kata Yos, penduduk setempat. “Saat molotov kelima itu dilemparkan ke arah toko, kami benar-benar sudah marah, ini namanya sudah injak-injak harga diri wong Yogya yang tak suka ribut.”
Yos mengatakan, tanpa dikomando, masyarakat berdatangan karena khawatir permukiman penduduk menjadi sasaran pembakaran. Mereka membawa pentungan dan mengejar para pengunjuk rasa hingga masuk dalam kampus Sunan Kalijaga. Beruntung polisi segera datang untuk mengatasi situasi.
Kapolda DIY Brigadir Jenderal Polisi Dofiri mengatakan polisi sudah mengambil langkah-langkah agar bentrokan tidak bertambah parah. Saat ini sudah 69 orang ditangkap untuk diperiksa. “Tapi aksi ini sudah merusak dan membahayakan, kami sudah upayakan agar tak ada bentrok warga dan massa unjuk rasa, tapi kemarahan warga ini sinyal agar unjukrasa tak perlu anarkis,” ujarnya.
Pemerintah saat ini tengah membangun Bandara NYIA di wilayah Kulon Progo. Pembangunan ini mendapat penolakan dari masyarakat terdampak. Lahan yang terkena proyek bandara sebagian merupakan lahan pertanian milik petani. Mereta bergantung pada lahan itu untuk memenuhi kebutuhan hidup.