TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK memberikan tanggapan terkait dengan adanya sekelompok orang berkaus #2019GantiPresiden mengintimidasi beberapa orang lain saat hari bebas kendaraan bermotor atau car free day/CFD di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, pada Ahad, 29 April 2018.
JK mengimbau agar kampanye tidak dilakukan sebelum waktunya, apalagi jika sampai mengintimidasi pihak lain. "Janganlah terjadi. Katakanlah kampanye belum waktunya, sudah mulai ada nuansa kampanye. Apalagi ada semacam intimidasi. Jangan terjadi itu," katanya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin, 30 April 2018.
Baca: Setya Novanto Divonis 15 Tahun Bui, JK: Hakim Tak Bisa Dicampuri
JK menyadari kesulitan melarang masyarakat melakukan kampanye sebelum waktu yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum. "Kalau kampanye sebelum pemilu, ya, dia tidak ada aturannya. Kalau masa kampanye resmi ada aturannya," ujarnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin berpendapat masyarakat Indonesia harus makin matang dalam berdemokrasi. Ia menilai perbedaan aspirasi politik praktis masyarakat Indonesia sangat besar karena hidup di alam demokrasi.
"Tapi jangan sampai mengusik atau membuat hubungan kita sesama saudara sebangsa lalu kemudian menjadi pecah. Jadi (perbedaan) aspirasi politik praktis itu jangan sampai membuat kita kemudian saling merendahkan atau bahkan saling menafikan satu dengan yang lain," ucapnya.
Dalam sebuah video yang viral di media sosial, sekelompok orang berkaus #2019GantiPresiden mengintimidasi beberapa orang lain yang memakai kaus #DiaSibukKerja saat CFD di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad. Video berdurasi dua setengah menit itu diunggah akun YouTube Jakartanicus.
Baca: JK Soal Tenaga Kerja Asing: Masuk Sedikit Sudah Ribut
Dalam video, seorang lelaki berkaus putih bertuliskan #DiaSibukKerja berjalan sambil disoraki kerumunan berkaus #2019GantiPresiden. Kerumunan mengipas-ngipasinya dengan duit pecahan Rp 100 ribu dan mendesak dia mengaku telah dibayar supaya mau ikut gerakan #DiaSibukKerja.
Selain terhadap lelaki itu, intimidasi serupa dialami seorang ibu dan anak lelakinya. Si ibu awalnya tidak menanggapi olok-olok dari kerumunan yang meneriaki “nasi kotak” dan “sawer”. Namun dia marah begitu anaknya menangis ketakutan karena dikerumuni dan diteriaki.