TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto meragukan kekompakan Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Hal ini diungkapkan Hasto merespons pembentukan sekretariat bersama (sekber) oleh Gerindra dan PKS.
"Di beberapa pilkada buktinya tidak kompak juga," kata Hasto di Seasons City Mall, Jakarta, Ahad, 29 April 2018.
Baca: Sekber Prabowo Bakal Komunikasi dengan Partai Nonkoalisi
Partai Gerindra dan PKS memang ada yang pecah kongsi dalam pilkada 2018, contohnya di pemilihan Wali Kota Padang. Dalam pemilihan tersebut, PKS mengusung pasangan Mahyeldi-Hendri Septa, sementara Gerindra mendukung pasangan Emzalmi-Desri.
Meskipun begitu, Hasto mengatakan pembentukan Sekber Gerindra dan PKS adalah hal yang wajar sebagai gerakan politik. "Namanya bergabung untuk cita-cita boleh-boleh saja. Tidak ada masalah," ujarnya.
Anggota Badan Komunikasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra, Andre Rosiade, membantah Gerinda dan PKS tidak kompak. Andre menuturkan Sekber Gerindra dan PKS dibentuk untuk mempersiapkan pemilihan presiden 2019, bukan pilkada 2018.
"Yang terpenting, kami sudah kompak di pilres. Kan pilkada beda sama pilres," ucapnya saat dihubungi, Ahad, 29 April 2018.
Andre berujar Gerindra-PKS lebih gesit dibandingkan dengan partai koalisi pemerintah. Ia mengatakan pernyataan Hasto menunjukkan kepanikannya karena partai pemerintah hingga saat ini belum bergerak untuk memantapkan koalisi dalam pilpres 2019.
Baca: Resmikan Sekber Gerindra-PKS, Prabowo Cerita Sakit Gigi
"Perkataan Pak Hasto itu mungkin untuk menutupi rasa malunya sebagai partai koalisi. Partai oposisi saja punya sekber dan markas bersama," tuturnya.
Sekretariat Bersama Gerindra-PKS di The Kemuning, Jakarta Pusat, digadang-gadang menjadi ruang dialog untuk merumuskan pemenangan Prabowo dalam pilpres 2019. Sekretariat ini juga bakal dijadikan pusat komunikasi antarpartai politik untuk menjajaki kemungkinan koalisi.
ALFAN HILMI | ARKHELAUS WISNU TRIYOGO