TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Bimanesh Sutarjo, mengatakan hanya mendapatkan uang Rp 250 ribu dari pihak rumah sakit untuk menangani Setya Novanto.
“Saya yang mengurusi si Setnov (Setya Novanto) hanya mendapatkan Rp 250 ribu, belum dipotong pajak,” kata Bimanesh saat ditemui seusai persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Senin, 23 April 2018.
Bimanesh Sutarjo merupakan dokter yang menangani Setya Novanto seusai kecelakaan mobil pada 16 November 2017. Bimanesh didakwa merekayasa sakit Setya Novanto agar mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu terhindar dari penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Baca juga: Bimanesh Ungkap Fredrich Yunadi Sebut Setnov Sempoyongan
Bimanesh mengatakan uang Rp 250 ribu tersebut adalah imbalan standar sebagai dokter spesialis di RS Medika Permata Hijau. Bimanesh menegaskan sama sekali tidak mendapatkan imbalan berupa uang dari Setya Novanto dan pengacaranya, Fredrich Yunadi.
“Tidak ada. Ya Allah, buat apa? Saya ini sudah pensiun dan tidak punya ambisi apa pun,” katanya.
Bimanesh kemudian membandingkan honor yang ia terima dengan perawat yang saat itu juga menangani Setya Novanto, yakni Indri Astuti. Dalam persidangan pada Senin, 2 April 2018, Indri mengakui mendapatkan uang Rp 800 ribu dari Fredrich Yunadi sebagai uang lembur karena menangani Setya. Namun Rp 800 ribu ditalangi terlebih dahulu oleh perawat bernama Merry Pakpahan.
“Perawat saja dapatnya Rp 800 ribu,” kata Bimanesh.
Menurut Bimanesh, dari pengalamannya sebagai dokter spesialis, uang lembur perawat biasanya tidak sampai Rp 800 ribu, tapi hanya Rp 50 ribu. Selain itu, kata dia, perawat dan dokter tidak diperbolehkan menerima imbalan dari pasien.
Baca juga: Kasus Setya Novanto, Dokter Bimanesh Sutarjo Merasa Dikorbankan
Bimanesh mengatakan merasa dikorbankan oleh pihak Rumah Sakit Medika Permata Hijau dalam kasus ini. Ia mengatakan saat itu Kementerian Kesehatan sudah menyatakan, jika RS Medika terlibat, surat izinnya akan dicabut.
“Saya siang harinya, beberapa jam sebelum kecelakaan, sedang tidur di rumah. Bagaimana bisa saya terlibat? Mereka saja yang sedang sibuk (merekayasa),” ujarnya.