TEMPO.CO, Jakarta - Setya Novanto merasa dijebak bos PT Biomorf Lone Indonesia, Johannes Marliem, dalam kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Dia menuding Marliem sengaja merekam tiap pertemuan untuk menjebaknya.
"Sejak awal, dengan maksud tertentu, Johannes Marliem menjebak saya dengan merekam pembicaraan," kata Setya saat membacakan pleidoinya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Jumat, 13 April 2018.
PT Biomorf yang dipimpin Marliem merupakan anak perusahaan Biomorf Lone LLC Amerika Serikat. Perusahaan itu menjadi subkontraktor untuk konsorsium pemenang tender proyek e-KTP.
Mereka digandeng PT Quadra Solution, yang mengerjakan sistem perekaman data biometrik penduduk, mengecek data ganda, dan menyimpannya di basis data. Biomorf mengerjakan bagian senilai Rp 680 miliar dari total proyek Rp 5,84 triliun.
Baca juga: Kepada FBI, Johannes Marliem Akui Kirim Uang Lewat Money Changer
Dalam persidangan Setya, jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memutar sejumlah rekaman percakapan antara Marliem, pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, dan Setya Novanto.
Selain itu, rekaman memuat pembicaraan antara Direktur Utama PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudihardjo dan Johannes Marliem. Rekaman tersebut menjadi salah satu bukti yang digunakan KPK untuk menjerat Setya dalam korupsi e-KTP.
Setya mengakui memang pernah bertemu dengan sejumlah pengusaha yang terlibat dalam proyek e-KTP. Dia juga mengakui sudah bertemu dengan dua pejabat Kementerian Dalam Negeri, Diah Anggraeni dan Irman, di Hotel Grand Melia Kuningan, Jakarta, pada Februari 2010.
Namun Setya Novanto mengklaim tidak pernah menjadi inisiator pertemuan tersebut. Dia juga mengaku tidak pernah menindaklanjuti isi pertemuan itu. "Saya tidak pernah menjadi inisiator," katanya.
Baca juga: Pengacara Setya Novanto Meragukan Isi Rekaman Johannes Marliem
Dalam surat dakwaan Setya Novanto, jaksa menyebutkan Johannes Marliem dan Anang Sugiana Sudihardjo mengirimkan uang kepada Setya Novanto menggunakan beberapa nomor rekening perusahaan dan money changer, baik di dalam maupun di luar negeri. Perputaran uang itu diduga dilakukan untuk mengaburkan aliran fee ke Setya Novanto.