TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghormati keputusan Partai Gerindra yang memutuskan mendukung ketua umumnya, Prabowo Subianto, sebagai calon presiden. Dengan pencalonan itu, Jokowi akan berhadapan lagi dengan Prabowo, seperti yang pernah terjadi pada pemilihan presiden 2014.
"Kami sangat menghormati dan menghargai apa yang telah diputuskan oleh Partai Gerindra untuk mencalonkan kembali Bapak Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2019-2024," kata Jokowi dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 13 April 2018.
Meski begitu, Jokowi enggan berkomentar ihwal strategi untuk kembali mengalahkan Prabowo. Menurut Jokowi, dirinya saat ini masih fokus bekerja dan menjalankan program-program pemerintahan. "Ini masih jauh, masih panjang," tuturnya.
Baca juga: Gerindra Deklarasikan Prabowo, PPP: Dua Spekulasi itu Patah
Jokowi sebelumnya resmi diusung PDIP sebagai calon presiden di pilpres 2019. Koalisi pendukung Jokowi amat gemuk di pilpres 2019. Selain didukung PDIP, Jokowi didukung Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai NasDem, dan Partai Hanura. Tiga partai baru, yaitu Perindo, PSI, dan PKPI, juga menyatakan dukungannya ke Jokowi.
Adapun Prabowo sampai saat ini baru didukung oleh Gerindra. Untuk memenuhi ambang batas 20 persen, Gerindra harus mencari rekan koalisi. Sejauh ini baru PKS yang menyatakan akan merapat ke kubu Gerindra. Namun itu pun ada syaratnya, yaitu calon wakil presiden harus dari partai mereka.
Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, mengatakan Prabowo belum tentu akan maju sebagai calon presiden 2019.
"Deklarasi kemarin Prabowo maju atau menjadi king maker (pembuat keputusan)," kata Zuhro kepada Imam Hamdi dari Tempo, Kamis, 12 April 2018.
Menurut dia, deklarasi Gerindra kemarin dilakukan bisa jadi karena Prabowo ingin memberi rasa tenang kepada para kadernya dengan menghargai usulan mereka. Namun, karena politik itu cair dan dinamis, di mana momen dan konteks sangat penting, akurasi dalam pengambilan keputusan atau penentuan calon sangat diperlukan.
Baca juga: Pilpres 2019, Elektabilitas Prabowo Subianto Saingi Jokowi
Artinya, tak tertutup kemungkinan Prabowo justru akan menunjuk calon yang dinilai mampu berlaga memenuhi keinginan munculnya sosok baru yang dianggap sebagai pembaru. Sosok tersebut yang dianggap bisa menjadi lawan tanding yang setara bagi Joko Widodo, yang kembali maju.
"Sosok dan karakter Gatot Nurmantyo cenderung digandrungi oleh pemilih grass root," kata Zuhro. Selain Gatot, sosok Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi, berpeluang menjadi calon presiden atau wakil presiden dari Gerindra pada pemilu 2019.