INFO NASIONAL - Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan menilai perbankan nasional kini menghadapi tantangan ekonomi digital yang bergerak cepat sehingga para pelaku industri harus segera mengikuti tren ini agar mampu bersaing.
Menurut Ahmad, dunia saat ini dikuasai generasi Y dan Z yang sangat paham dan akrab dengan teknologi, sehingga semua sektor industri, termasuk perbankan, harus mengikuti tren era digital ini.
Baca Juga:
"Bank harus mengikuti tren yang berkembang. Kini dunia dikuasai generasi Y dan Z yang mengedepankan teknologi. Artinya, bank akan ketinggalan jika tidak melakukan pemutakhiran teknologi. Adaptasi teknologi tidak dapat ditawar," ujarnya.
Ahmad mengemukakan catatan gemilang yang diraih Bank BJB sepanjang 2017 tidak lepas dari kesigapan dalam melakukan penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Adopsi teknologi, inovasi, dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia menjadi tiga aspek penting yang selalu ditekankan manajemen Bank BJB.
Menurut dia, generasi Y dan Z memiliki preferensi serta karakteristik yang berbeda dengan para pendahulunya. Generasi yang disebut milenial ini mempunyai perbedaan selera serta ekspektasi, termasuk soal produk perbankan. Pasalnya, generasi Y dan Z lebih menggemari pola interaksi berbasis online yang dapat memberikan solusi secara digital.
Baca Juga:
"Generasi baby boomers dan generasi X sebentar lagi akan hilang. Maka mau tidak mau perbankan harus dapat mengikuti generasi penerus agar produknya dapat bertahan. Ini permintaan pasar, maka perbankan harus mengantisipasi," ucapnya.
Dengan perkembangan itu, Bank BJB kini sudah mengambil langkah strategis dengan melakukan pendekatan produk dan jasa yang sesuai dengan perkembangan zaman. Alasan yang kemudian tetap menjadikan Bank BJB sebagai regional champions.
Salah satunya berkomitmen meningkatkan inovasi pada produk dan jasa melalui layanan berbasis digital, seperti BJB mobile, BJB sms, BJB digi, e-money server based, serta card based.
"Sekarang sudah masuk pada digital banking dan Bank BJB sudah mengarah ke sana. Sudah banyak perbankan yang hilang karena perkembangan milenial dan teknologi. Perkembangan teknologi tidak dapat ditawar lagi," tuturnya.
Salah satu wujud teknologi terdapat pada layanan fintech yang dalam kurun waktu dua tahun terakhir telah mampu meraup transaksi hingga Rp 3 triliun. Ahmad memprediksi pada 2020 fintech akan mampu menghasilkan Rp 7 triliun. Artinya, jika perbankan dan regulator tidak bergerak cepat, akan tertinggal dari sisi payment.
Lalu bagimana dengan kredit yang konvensional? Bank BJB telah menyiapkan fondasi terkait dengan kredit berbasis online. Tentu tetap mengedepankan lima prinsip, yakni karakter, kapasitas, kapital, kolateral, juga kondisi.
"Kami sudah memilah dan bisa melakukan kredit secara online. Namun tetap melakukan mitigasi risiko. Jangan takut dengan fintech karena bukan musuh perbankan," ujarnya.(*)