TEMPO.CO, Bogor - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta maaf kepada para ulama jika program pemerintah selama ini membuat ulama tidak senang. Hal itu ia sampaikan saat mengundang perwakilan ulama dari Depok, Bekasi, Karawang, dan Purwakarta di Istana Bogor, hari ini, Selasa, 10 April 2018.
"Beliau minta maaf ke ulama apabila programnya, visi misi selama ini, mungkin ada yang kurang berkenaan dengan ulama," kata perwakilan rombongan ulama, Zainuddin Ma'sum Ali, saat ditemui seusai pertemuan di Istana Bogor.
Baca: Jokowi Undang lagi Ulama Jawa Barat ke Istana
Rais Syuriah Nahdlatul Ulama Kota Depok ini menjelaskan dalam pertemuan tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara besar. Karena itu, perlu sinergi antara ulama dan umara untuk membangun negeri ini lebih kuat. Jokowi juga meminta masukan untuk program ke depan."Maka (Presiden) meminta saran ulama agar program ke depan bisa sinergi dengan semua komponen," kata Zainuddin.
Selain itu, menurut Zainuddin, beberapa ulama sempat menyampaikan dukungannya jika Jokowi maju kembali di pilpres. Alasannya, baru di pemerintahan Jokowi ada Hari Santri. Padahal santri berperan besar membantu mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Pemerintahan Jokowi juga dinilai memperhatikan pesantren lewat berbagai program seperti pemberdayaan ekonomi pesantren. "Karena itu kami 100 persen dukung beliau andaikata mau nyalon," kata Zainuddin.
Sementara itu, di awal pertemuan dengan para ulama ini, Jokowi mengungkapkan kegembiraannya bisa bertemu dengan mereka. "Karena saya meyakini, bahwa negara Indonesia akan semakin besar, semakin kuat, apabila ulama dan umara beriringan, sering bertemu dan sering bersilaturahmi," kata Jokowi.
Baca: Di Istana, Ulama Jawa Barat Itu mengkritik, Jokowi Mencatat
Jokowi menjelaskan tahun ini Indonesia bakal menyelenggarakan 171 pemilihan kepala daerah. Ia meminta ulama ikut mendinginkan suasana dan meluruskan hal-hal yang keliru.
"Di bawah saya melihat kadang-kadang, yang namanya politik itu, yang namanya kabar bohong, hoax, fitnah, berseliweran. Di mana pun ujaran kebencian itu ada dan berseliweran di mana-mana," ujar Jokowi.