TEMPO.CO, Jakarta - Novel Baswedan akan kembali aktif bekerja setelah penglihatannya mulai pulih. Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu optimistis bisa membaca lagi setelah menjalani operasi tahap dua di Singapura, Maret lalu.
"Saya berharap dua minggu saya kontrol, setelah itu (penglihatan) agak jelas, saya pesan kacamata untuk mata kiri, saya bisa baca, saya masuk kantor," kata Novel di rumahnya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat, 6 April 2018. "Kalau saya belum bisa baca, saya masuk kantor, saya mau ngapain," dia menambahkan.
Baca: Mata Kiri Novel Baswedan Bisa Lihat Bayangan Jari setelah Operasi
Novel Baswedan mesti menepi sekitar setahun dari kegiatannya membongkar kasus-kasus korupsi setelah ia diserang dua orang pengendara bermotor pada Selasa pagi, 11 April 2017. Novel disiram air keras di wajah dan tubuhnya setelah melaksanakan salat subuh di Masjid Al-Ikhsan, tak jauh dari rumahnya. Akibatnya, mata Novel mengalami kerusakan dan mesti dioperasi. Untuk memulihkan penglihatannya, Novel pun harus mengimplan total mata kirinya dan memakai hard lens untuk mata kanannya.
Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil membawa topeng foto Novel Baswedan di gedung KPK, Jakarta, 11 April 2017. Mereka meminta KPK dan aparat kepolisian untuk segera mengusut kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior KPK Novel Baswedan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Novel bergabung dengan KPK sejak Januari 2017, sebagai penyidik polisi untuk lembaga antirasuah tersebut. Saat itu, KPK dipimpin oleh Taufiequrachman Ruki. Ia terlibat dalam pengungkapan sejumlah kasus korupsi kelas kakap.
Baca: Ditabrak dan Disiram Air Keras, Novel Baswedan: Tidak Menyerah
Beberapa kasus yang ditangani Alumni Akademi Kepolisian 1998 itu, di antaranya kasus suap cek pelawat Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom tahun 2004; korupsi Bank Jabar tahun 2009; suap bekas Bupati Buol, Sulawesi Tengah, Amran Batalipu, tahun 2011; korupsi proyek simulator SIM Korlantas Polri tahun 2012; suap ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, tahun 2013; dan megakorupsi proyek e-KTP 2014.
Baca: Hadir di HUT TEMPO, Novel Baswedan: Jangan Memilih Takut
Bersamaan dengan kecemerlangannya mengungkap sejumlah kasus rasuah yang melibatkan pejabat negara, sepupu dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu tak lepas dirundung teror. Penyiraman air keras yang dialaminya pada April 2017 yang menyebabkan matanya rusak bukanlah yang pertama. Berikut ini adalah sejumlah teror dan kriminalisasi yang dialami Novel Baswedan selama berkarier di KPK:
1. Juli 2012
Sepeda motor yang dikendarai Novel ditabrak mobil yang berisi sejumlah orang saat operasi penangkapan Bupati Buol Amran Batalipu.
2. Oktober 2012
Sejumlah perwira Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI mendatangi KPK untuk menangkap Novel atas tuduhan penembakan terhadap pencuri sarang burung walet ketika Novel bertugas sebagai Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Bengkulu pada 2004. Kriminalisasi itu terjadi saat Novel memimpin pengusutan kasus korupsi simulator kemudi yang menjerat Inspektur Jenderal Djoko Susilo.
3. Oktober 2015
Mobil yang ditumpangi Novel dan penyidik lain masuk ke sungai saat pengecekan fisik proyek e-KTP di perbatasan Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
4. Juni dan Agustus 2016
Sebuah mobil menabrak Novel yang sedang mengendarai sepeda motor di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kala itu, Novel sedang menuju kantor KPK. Novel mengalami luka-luka. Peristiwa ini terjadi saat Novel dan timnya menyelidiki kasus reklamasi Jakarta. Penabrakan kembali terjadi dua bulan kemudian.
5. April 2017
Dua orang pengendara sepeda motor tidak dikenal menyiram wajah dan tubuh Novel Baswedan dengan air keras. Subuh itu, Novel tengah jalan kaki ke rumahnya setelah selesai menunaikan salat subuh berjamaah di Masjid Al-Ikhsan.
ARKHELAUS | MAJALAH TEMPO