TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany menanggapi kritik yang disampaikan salah satu media Rusia, Russia Beyond the Headlines atau RBTH, mengenai cuitan Tsamara tentang Presiden Vladimir Putin.
"Saya sangat memahami keberatan RBTH. Sebagaimana tercantum dalam laman FB-nya, RBTH adalah sarana kampanye Rusia di dunia internasional. Karena itu, sangat wajar bila RBTH wajib membela citra Putin di dunia internasional," kata Tsamara dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu, 7 April 2018.
Polemik ini berawal saat Tsamara Amany melontarkan kritik terhadap Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon yang menyebut Indonesia butuh pemimpin seperti Putin. Dalam akun Instagram-nya, Tsamara mengatakan Indonesia tak butuh sosok seperti Putin.
Baca juga: PSI Ungkap Dana Partainya Diperoleh dari Pengusaha Menengah
Tsamara mengatakan Putin bukan contoh pemimpin yang baik. "Ia membungkam oposisi dan pers di Rusia sana," kata Tsamara Amany.
Tsamara mengatakan di Rusia tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia. "Bahkan di sana praktik-praktik korupsi dibiarkan begitu saja," ujarnya.
Menurut Tsamara, kalau dilihat dari indeks persepsi korupsi, Indonesia jauh di atas Rusia.
Menanggapi hal tersebut, RBTH mengatakan ada kesalahpahaman mengenai pengetahuan Tsamara Amany mengenai politik dan sistem pers di Rusia. RBTH menyayangkan hal tersebut.
"Kami tidak membela siapa pun, termasuk Fadli Zon atau bahkan Presiden Putin. Namun pernyataan Anda tentang negara kami, bahwa di Rusia tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia, ini menunjukkan kedangkalan wawasan," tulis RBTH Indonesia di Facebook.
Ihwal korupsi, menurut RBTH, di Rusia memang ada korupsi dan besar. RBTH juga membenarkan peringkat Rusia di bawah Indonesia. Namun, menurut RBTH, bukan berarti Rusia tidak melawan korupsi dan membiarkannya begitu saja.
"Tahukah Anda bahwa di Rusia pernah terjadi penangkapan pejabat secara massal sepanjang sejarah pasca-Soviet? Rusia pernah menghukum 8.800 pegawai negeri Rusia karena kasus korupsi (dalam tempo satu tahun). Banyak? Ya, tentu. Tapi bukan berarti kami membiarkan sama sekali," tulis RBTH.
Menanggapi hal tersebut, Tsamara mengatakan komentar dirinya tentang Putin ditujukan kepada publik Indonesia terkait dengan pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang mengimbau masyarakat Indonesia mencari pemimpin seperti Putin. "Putin sebagai pengganti pemimpin yang planga-plongo (yang hampir pasti ditujukan pada Presiden Indonesia Jokowi)," kata Tsamara.
Seperti dikatakan dalam status RBTH, tentu saja Fadli berhak mengagumi Putin. "Tapi saya juga wajib mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa pemimpin seperti Putin bukanlah pemimpin yang layak bagi Indonesia, yang saat ini berkomitmen memperjuangkan demokrasi dan memerangi korupsi," kata Tsamara.
Baca juga: Tsamara Amany Daftar Caleg untuk Pemilu 2019
Menurut Tsamara, mengkritik Putin bukan berarti kemudian anti terhadap rakyat Rusia yang memiliki peradaban luar biasa. Tsamara mengatakan hal tersebut sama saja ketika mengkritik Donald Trump dan cara-caranya memenangkan pemilu menggunakan politik identitas. Hal tersebut, kata dia, bukan berarti dia membenci rakyat Amerika Serikat.
"Penilaian tentang kualitas Putin yang diktator, otoriter, dan membiarkan korupsi terorganisasi sudah banyak dikemukakan media dan lembaga-lembaga riset ternama di negara-negara demokratis dunia," ujar Tsamara.
Tsamara Amany mengatakan hanya merujuk pada analisis-analisis tersebut. Salah satu yang dia baca adalah survei The Economist tahun 2017, yang masih menempatkan Rusia sebagai negara dengan rezim otoriter.