TEMPO.CO, Jakarta - Mayor Jenderal Terawan Agus Putranto atau dokter Terawan menjelaskan soal metode cuci otak dengan Digital Subtraction Angiography (DSA) yang dia lakukan dalam pengobatan stroke.
"Mengenai DSA, karena ini merupakan teknis medis menjadi tanggung jawab saya untuk saya jelaskan. DSA sudah saya disertasikan di Universitas Hasanuddin bersama enam orang yang lain," kata Terawan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto pada Rabu, 4 April 2018.
Menurut Terawan, enam orang tersebut menjadi pohon penelitian riset yang baik sehingga menghasilkan 12 jurnal internasional dan menghasilkan 6 orang doktor.
Baca: Dokter Terawan Angkat Bicara Soal Surat Pemecatan dari MKEK IDI
Terawan mengatakan jika ada yang menilai soal metode atau jurnal itu, ia menganggapnya sebagai sebuah persepsi. Sebab, menurut Terawan, metode DSA sudah diuji secara ilmiah melalui pengujian disertasi tersebut. Disertasi Terawan mengenai metode DSA dipaparkan di Universitas Hasanuddin, Makassar pada Agustus 2016.
Namun Terawan juga tidak menampik adanya resiko dalam metode penyembuhan tersebut. "Karena semua itu ada resikonya itu dikerjakan dengan cermat dengan detil dengan persiapan yang baik dan jangan lupa harus didukung doa," kata Terawan.
Baca: Bukti Ilmiah, Cuci Otak Mampu Mengatasi Stroke
Metode DSA yang diterapkan Terawan menjadi kontroversi di dunia kedokteran. Meskipun banyak pasien yang memberikan testimoni positif usai menjalani terapi tersebut. Metode ini yang diduga menjadi akar persoalan Terawan dipecat sementara dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) PB IDI. Dokter Terawan disebut melakukan pelanggaran etik serius dari kode etik kedokteran.
Berkaitan dengan surat itu, dokter Terawan mengatakan belum menerimanya. "Saya tidak menanggapi surat itu karena saya tidak dapat suratnya. Saya harus dapat surat baru saya mengomentari. Sampai detik ini saya tidak mendapatkan surat yang ditujukan ke saya," kata dia.