TEMPO.CO, Blitar - Sejumlah aktivis dan akademisi dari daerah pemilihan (dapil) Blitar dan Tulungagung menyesalkan umpatan kasar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Arteria Dahlan, saat rapat dengar pendapat dengan Kejaksaan Agung, Rabu, 28 Maret 2018.
Koordinator Komite Rakyat Pemberantas Korupsi Blitar Mohammad Triyanto berujar pernyataan Arteria itu tidak mencerminkan kepribadian masyarakat Blitar sebagai daerah pemilihannya. “Itu sangat memalukan dilakukan politisi dapil Blitar,” kata Triyanto kepada Tempo, Minggu, 1 April 2018.
Baca: PDIP Sudah Tegur Arteria Dahlan Soal Ucapannya terhadap Kemenag
Triyanto juga mengkritik sepak terjang Arteria di dapilnya yang dinilai sering mengingkari janji politik saat kampanye. Bahkan komitmen pemberantasan korupsi yang disampaikan Arteria saat reses hanya menjadi jargon. Karena itu, Triyanto meminta masyarakat Blitar berpikir ulang memilih kembali Arteria sebagai wakil mereka di Senayan.
Kritik serupa disampaikan masyarakat di dapil Tulungagung. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Institut Agama Islam Negeri Tulungagung Ngainun Naim menilai pernyataan Arteria sangat tidak beretika. “Saya sebagai bagian dari Kementerian Agama wajib membela dan mengingatkan dia,” ujarnya.
Simak: Kemenag Diminta Tak Perpanjang Soal Umpatan Arteria Dahlan
Pegiat literasi ini menuturkan, secara pribadi, dia tidak sedang bermusuhan dengan Arteria. Namun, sebagai akademisi yang juga bagian dari Kementerian Agama, dia wajib mengingatkan Arteria untuk bersikap santun. Kementerian Agama, menurut Naim, bukanlah lembaga yang antikritik.
Namun kritik yang disampaikan harus tetap dilakukan sesuai dengan norma masyarakat Indonesia. "Sebagai akademisi, tentu saya akan memberi pemahaman kepada mahasiswa bagaimana menjadi politisi yang baik,” ucapnya.
Lihat: Arteria Dahlan Nilai OTT Bukti Kegagalan KPK dalam Pencegahan
Sebelumnya, Arteria menyampaikan umpatan bangsat kepada Kementerian Agama dalam rapat kerja antara Komisi III dan Jaksa Agung Prasetyo di Gedung DPR. Arteria mengaku geram dengan perilaku oknum di Kementerian Agama yang mengabaikan masyarakat. Dia berujar kata bangsat bisa dipahami secara multitafsir. Meski demikian, akhirnya Arteria meminta maaf.
HARI TRI WASONO