TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Charta Politica Muslimin mengatakan pemilihan presiden 2019 akan menjadi pertarungan menarik apabila Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden.
"Karena selama ini PKB berada di barisan koalisi pemerintah," katanya di Jakarta, Sabtu.
Baca Juga:
Menurut dia, Muhaimin atau Cak Imin, yang merupakan kader Nahdlatul Ulama (NU), bisa memberi kekuatan baru kepada Prabowo untuk menghadapi inkumben Joko Widodo (Jokowi).
Baca juga: Muhaimin Tak Masuk Bursa Cawapres Jokowi Versi PSI, Sebab...
"Prabowo jika menggandeng Cak Imin akan mendapatkan limpahan suara dari kalangan NU dan berpotensi menang di pilpres," kata Muslimin.
Ia menilai Muhaimin yang telah mendeklarasikan diri sebagai cawapres lebih berpeluang bergabung dengan Prabowo daripada turut mengusung Jokowi yang telah mendapatkan dukungan dari lima partai, yakni PDIP, Golkar, PPP, NasDem, dan Hanura.
Gabungan kursi Dewan Perwakilan Rakyat dari lima partai itu sudah cukup untuk mengusung Jokowi pada pilpres mendatang.
"Kursi PKB tidak berpengaruh pada pengusungan Jokowi untuk periode kedua," katanya.
PKB, Muslimin melanjutkan, bisa saja bergabung dengan Demokrat dan PAN untuk membentuk poros ketiga. Poros ketiga yang dimotori Demokrat memang bisa terwujud apabila PKB bergabung. Sedangkan Gerindra hampir pasti berkoalisi dengan PKS.
Baca juga: PDIP Belum Tentu Mendorong Muhaimin Iskandar Jadi Cawapres Jokowi
"Tanpa PKB, kursi PAN dan Demokrat tak cukup untuk memajukan calon," kata mantan aktivis HMI ini.
Namun, Muhaimin lebih mempunyai daya tawar apabila bergabung dengan Prabowo karena bisa menutupi kekurangan Prabowo yang selama ini dinilai lemah di kalangan NU.