TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan arahan dalam konsolidasi nasional Komite Nasional untuk Rakyat Palestina di Amaris Hotel, Mampang, Jakarta Selatan, Jumat, 30 Maret 2018. Saat Anies berpidato, ada salah satu peserta konsolidasi yang memotong omongannya. "Ganti presiden," kata seorang pria yang duduk menyimak pidato Anies.
Mendengar seruan itu, Anies tersenyum. "Hei, hati-hati tuh Pak," ujar Anies kepada pria yang menyerukan ganti presiden.
Baca juga: Anies Baswedan di Berbagai Survei Calon Peserta Pilpres 2019
Kejadian itu bermula ketika Anies sedang menyampaikan bahwa tantangan sebuah organisasi yang berkarya di luar negeri, seperti KNRP, adalah memastikan organisasi terinstitusi dengan matang dan memiliki time frame panjang.
Menurut Anies, sebuah organisasi jangan memikirkan time frame dengan siklus pemilu, yaitu lima tahun sekali. "Ini yang saya khawatirkan. Kita mikir bukan ratusan tahun tapi pemilu berikutnya," kata dia.
Saat itulah, seorang pria memotong omongan Anies dan menyerukan ganti presiden. Setelah menegur pria itu untuk berhati-hati, Anies pun melanjutkan pidatonya. Ia mengatakan orang yang hanya berpikir dengan siklus pemilu yang lima tahun sekali, akan membuat rencana program turunan institusi efeknya tidak jangka panjang.
Menurut Anies, organisasi seperti KNRP harus memiliki time frame dengan waktu yang tidak bisa dirumuskan lantaran tidak tahu kapan Palestina akan bebas. Sebab, kata dia, sejarah menunjukkan umur permasalahan Palestina dan sekelilingnya bukan tahunan, dekade, dan abad. "Tapi sudah melewati milenium," katanya.
Baca juga: Gaya Mengelak Anies Baswedan Ditanya Jadi Cawapres Prabowo
Karena itu, Anies menyarankan agar KNRP menyiapkan time frame panjang. Sebab dengan time frame panjang, kegiatan yang dilakukan pun adalah hal yang besar. Anies menilai hanya sekelompok manusia yang berasumsi bisa eksis ribuan tahun yang mau mengerjakan proyek lama. Dia mencontohkan, sekelompok masyarakat di Jawa Tengah saja bisa membangun Candi Borobudur dalam 120-150 tahun, dan bangunannya tetap utuh.
Selain time frame, Anies Baswedan menyarankan untuk memperkuat institusional. Dengan begitu, meski personalia di dalam KNRP berganti, karya dan kiprahnya tidak akan menurun bila institusionalnya kuat.