TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK menyatakan hampir 99 persen kapasitas koleksi buku digital milik Perpustakaan Nasional belum dimanfaatkan masyarakat. Lembaga tersebut diminta mensosialisasikan layanannya.
Menurut JK, masih minimnya pemanfaatan layanan tersebut bukan karena orang tak ingin membaca. "Tentu ini bukan disebabkan orang tidak mau membaca, tetapi perlu sosialisasi bagaimana orang membaca buku lewat Perpusnas (Perpustakaan Nasional)," katanya di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin, 26 Maret 2018.
Baca: JK Minta Perpustakaan Jemput Bola Mendekati Masyarakat
Dia menuturkan perpustakaan perlu mendekatkan diri kepada masyarakat untuk meningkatkan literasi. Perpustakaan disarankan hadir di tempat yang ramai pengunjung, seperti pusat perbelanjaan dan tempat ibadah.
Kalla bahkan menyarankan perpustakaan bekerja sama dengan perusahaan penyedia layanan antar-jemput. "Katakanlah kerja sama dengan Go-Jek," ujarnya. Kalla terinspirasi dari mudahnya layanan antar makanan melalui aplikasi transportasi online tersebut. Menurut dia, perpustakaan bisa mengirimkan buku dengan layanan itu.
Simak: Pentingnya Perpustakaan Beri Pelatihan untuk Masyarakat
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan lembaganya menyediakan frekuensi tinggi 100 gigabita per detik. Namun penggunaannya hanya 1,3 gigabita per detik dalam sehari. "Artinya, kita masih memiliki potensi sekitar 98 juta akses pada saat yang bersamaan," ujarnya.
Dia berharap lebih banyak masyarakat yang akan memanfaatkan layanan digital tersebut. Selain layanan digital, layanan Perpustakaan Nasional telah diperpanjang hingga akhir pekan.
Lihat: Jokowi Ingin Perpusnas Jadi Pusat Jurnal, Biaya Langganannya...
Berdasarkan data Perpustakaan Nasional, kegiatan membaca masyarakat Indonesia masih rendah. Frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata 3-4 kali per pekan dengan jumlah buku yang diselesaikan rata-rata hanya 5-9 buku per tahun. Lama waktu membaca masyarakat 30-59 menit per buku.