TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lebih baik fokus mengurus Ibu Kota ketimbang ikut maju di pemilihan presiden 2019.
Kalla menuturkan tidak merestui Anies maju di pilpres 2019. "Ndak, ndak," katanya setelah mengikuti jalan santai Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, pada Ahad, 25 Maret 2018.
Baca: Soal Nama Anies Baswedan di Pilpres, Gerindra: Belum Diputuskan
Meski begitu, Kalla menilai Anies memang cocok menjadi calon wakil presiden. "Oh, semua bisa (menjadi cawapres). Tapi dia (Anies) sekarang konsentrasi menjadi Gubernur DKI," ujarnya.
Kalla mengatakan tidak akan mendorong Anies maju di pilpres 2019. Menurut dia, biar partai-partai yang mengajukan.
Nama Anies Baswedan memang masuk ke sejumlah survei calon presiden 2019. Anies dianggap bisa menjadi calon alternatif, selain Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Baca: Gubernur Anies Baswedan Kritik Keras Dirut PAM Jaya Soal Kontrak
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan Anies bisa menjadi penantang kuat Jokowi jika Prabowo Subianto tak maju menjadi calon presiden. Survei yang dilakukan Indo Barometer pada Desember 2017 menunjukkan 49,9 persen dukungan terhadap Jokowi dan 12,1 persen dukungan terhadap Anies jika kedua tokoh itu dipertemukan dalam pilpres 2019.
Sementara itu, survei yang digelar Media Survei Nasional (Median) pada Februari 2018 menunjukkan, jika pemilihan presiden dilakukan saat itu, elektabilitas Jokowi sebagai inkumben turun 1,2 persen (dari 36,2 menjadi 35 persen), sedangkan Prabowo turun 2 persen (23,2 menjadi 21,2 persen). Adapun elektabilitas yang naik, menurut Direktur Eksekutif Median Rico Marbun, adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebesar 0,1 persen (4,4 menjadi 4,5 persen).
Selain menjadi capres, nama Anies dinilai berpotensi sebagai calon wakil presiden. Hasil survei Poltracking yang dilakukan pada 27 Januari-3 Februari 2018 menunjukkan ada enam kandidat cawapres Jokowi selain Jusuf Kalla yang memiliki elektabilitas di atas 5 persen dengan gap yang cukup signifikan. Keenam kandidat itu adalah Agus Yudhoyono 12,4 persen; Anies Baswedan 12,1 persen; Gatot Nurmantyo 11,4 persen; Ridwan Kamil 10,4 persen; Muhaimin Iskandar 7 persen; dan Khofifah Indar Parawansa 5,5 persen.