TEMPO.CO, Bangkalan - Syaiful Toriq, anak tertua Muhammad Zaini Misrin, buruh migran yang dipancung di Saudi Arabia, berharap jenazah ayahnya bisa dipulangkan dan dikebumikan di kampung halamannya, Bangkalan, Madura. “Saya berharap jenazahnya bisa dipulangkan, saya rindu Bapak," ujar Syaiful di rumah duka, Dusun Lembenah, Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Bangkalan, Senin, 19 Maret 2018.
Lelaki 25 tahun itu mendapat kabar eksekusi mati Zaini dari kerabatnya. "Paman yang kabari saya, Bapak sudah tiada.” Ia lalu mengecek kabar itu dengan menelepon personel Kementerian Luar Negeri. “Mereka membenarkan," kata Syaiful.
Baca:
Nusron Wahid: Pemerintah All Out Bela TKI Zaini ...
Migrant Care: Eksekusi Mati TKI Zaini Misrin ...
Syaiful pesimistis jenazah ayahnya bisa dipulangkan. Namun hati kecilnya tetap berharap, pemerintah Indonesia bisa mengupayakan jenazah Zaini bisa dipulangkan dan dikebumikan di kampung halamannya.
Zaini dipancung di Arab Saudi, Ahad, 18 Maret 2018, sekitar pukul 11.30 waktu setempat. Ia didakwa membunuh majikannya. Pengadilan menjatuhkan vonis pada 2008. Syaiful mengaku dua kali membesuk bapaknya di tahanan di Jedah atas fasilitas Kedutaan Besar RI di Arab Saudi.
Hingga akhir hayatnya, Zaini Misrin, buruh migran asal Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, yang dihukum pancung oleh Pemerintah Arab Saudi tetap menolak mengakui pembunuhan yang disangkakan padanya. Konsistensi sikap Zaini itu membuat keluarganya meyakini Misrin bukan pembunuh majikannya.
Baca juga:
Ketidakadilan Penanganan Kasus Zaini Misrin ... Hingga Ajal, Zaini Misrin Membantah Tuduhan ...
Keluarga yakin Zaini meninggal di saat yang baik (husnul khotimah). Meski keyakinan itu tidak mampu menyelamatkan bapak dua anak itu dari hukuman pancung. "Kami yakin Kak Zaini tidak bersalah. Apalagi, kalau pulang dia selalu bilang majikannya sangat baik," kata Nur Intan, adik ipar Zaini, Senin, 19 Maret 2018.
Kepada iparnya, buruh migran itu kerap bercerita hubungannya yang akrab dengan majikannya. "Buat apa dia melakukan itu (pembunuhan)?"