TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan mengatakan bahwa kehadiran poros ketiga bukan untuk menambah calon presiden 2019. "Saya mengajak poros nasional itu poros yang rasional. Bukan capres 1, capres 2, capres 3," kata Zulkifli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat, 16 Maret 2018.
Zulkifli menuturkan, hal yang terpenting dalam tahun politik adalah bukan soal poros. Tetapi cara menghadirkan pemilihan legislatif, pemilihan kepala daerah, dan pemilihan presiden berkualitas.
Baca juga: PPP Protes Jatah Kursi MPR, Zulkifli Hasan: Enggak Baca
"Tidak membuat kita berhadap-hadapan. Apalagi menghalalkan segala cara untuk mencapai kemenangan," ujarnya.
Menurut dia, pemilihan umum merupakan sesuatu yang rutin dilakukan setiap lima tahun sekali dalam proses berdemokrasi. Namun, kata dia, yang kerap terjadi adalah tahun politik diisi dengan kondisi mengaduk perasaan masyarakat. "Apalagi memakai SARA itu berbahaya sekali. Itu buat saya yang betul begitu," kata dia.
Isu poros ketiga muncul saat Sekretaris Jenderal dari Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa duduk bersama membahas kemungkinan koalisi di Pacific Place, Jakarta beberapa waktu lalu. Ketiga partai itu masih belum mendeklarasikan dukungannya untuk calon tertentu hingga memutuskan melakukan penjajakan.
Adapun soal poros nasional, Zulkifli sempat membahasnya rencana pembentukan koalisi nasional dalam Pilpres 2019, saat menyambangi Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, pada Selasa, 13 Maret 2018. Dalam pertemuan itu, kedua tokoh itu berdiskusi tentang koalisi dan oposisi dalam pertarungan politik jangan sampai seperti dua blok yang saling bermusuhan.
Menurut dia, kontestasi dalam politik merupakan hal biasa. Yang penting, kata Zulkifli Hasan, partai mempunyai tujuan bersama untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sejahtera dan umatnya tidak gaduh.