TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J. Kristiadi menilai poros ketiga dalam pemilihan presiden 2019 mustahil terbentuk. "Itu kemustahilan ada poros baru," kata dia di Bakoel Coffie, Jakarta, Rabu, 14 Maret 2018. Dia meyakini hanya ada dua pasangan calon pemimpin yang bertarung.
Isu poros ketiga muncul saat Sekretaris Jenderal dari Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa duduk bersama membahas kemungkinan koalisi di Pacific Place, Jakarta beberapa waktu lalu. Ketiga partai itu masih belum mendeklarasikan dukungannya untuk calon tertentu hingga memutuskan melakukan penjajakan.
Simak: Menunggu Takdir dan Keajaiban Poros Ketiga di Pilpres 2019
Kristiadi menilai poros itu tak mungkin ada lantaran Partai Demokrat cenderung ingin merapat kepada kubu Joko Widodo. "Menurut saya Demokrat lebih nyaman ke Pak Jokowi," ujarnya.
Menurut dia, kubu Jokowi kemungkinan besar hanya akan melawan Prabowo Subianto. Kristiadi memprediksi Partai Gerindra dan Partai Kesejahteraan Rakyat akan sepakat untuk koalisi. Sementara saat ini, Jokowi sudah mengantongi dukungan dari PDIP, Partai Nasional Demokrat, PPP, dan Partai Hanura.
Khusus untuk Jokowi, pengamat dari CSIS ini menilai calon wakil presiden yang dia gandeng harus berasal dari kalangan santri. Dia menuturkan, tokoh muslim diperlukan untuk mengayomi masyarakat sehingga stabilitas politik bisa terjaga.