INFO JABAR – Guna mengimplementasikan program Sekolah Ramah Anak (SRA), para guru diimbau berdialog dengan para siswa agar proses belajar mengajar berlangsung menyenangkan, sehingga siswa betah di sekolah.
Imbauan itu disampaikan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan, dalam roadshow "Bank BJB Kelas Ekstra", di SMA Negeri 1Indramayu, Kabupaten Indramayu, Rabu, 14 Maret 2018.
“Para guru juga harus memberi tahu tanda-tanda kedewasaan, kesehatan reproduksi, dan konsep diri para siswa. Hal tersebut sangat penting agar siswa dapat mengetahui tindakan yang berdampak negatif bagi dia,” ujarnya.
Pihak sekolah, menurut Netty, sebaiknya juga memasang plang SRA yang mencantumkan nomor telepon, di mana siswa bisa melapor jika terjadi tindak kekerasan. "Harus kita dorong terus, anak-anak (berani melapor pada guru atau orang dewasa yang diyakini bisa memberikan bantuan, jika ada indikasi-indikasi kekerasan, narkoba, dan pergaulan bebas," katanya.
Netty menyebut, pihaknya sengaja melakukan kunjungan ke SMA dan SMK di Jawa Barat untuk memastikan program SRA telah diimplementasikan secara merata. "Sekolah bukan hanya tempat untuk transfer knowledge, tapi juga membentuk karakter dan akhlaqul karimah," ucapnya.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Indramayu, Hendhy Mukatmirah, menegaskan sekolah yang dia pimpin telah menjadi SRA berbasis bebas kekerasan, baik kekerasan dari guru maupun dari siswa senior. "Di sini tidak kenal bullying," katanya.
Sehari sebelumnya, Netty mengunjungi SMA Negeri 1 Kota Bekasi. Setelah berdialog dengan siswa SMA Negeri 1 Kota Bekasi, Netty mengatakan, 80 persen sekolah di Jawa Barat telah menerapkan sekolah ramah anak dengan memenuhi unsur software, hardware, dan brainware. (*)