TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding mengatakan kemungkinan munculnya poros ketiga dalam pemilihan presiden kian menipis. Sebab, perolehan suara dari partai yang mewacanakan poros ketiga seperti Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) tak cukup bersaing untuk membentuk poros ketiga.
PKB pun memberi isyarat untuk tidak bergabung dalam koalisi poros alternatif itu. "Sejak awal saya melihatnya masih jauh dan kemungkinannya kecil," kata Abdul Kadir Karding saat dihubungi di Jakarta, Selasa, 13 Maret 2018.
Baca juga: Ketua Umum PPP: Poros Ketiga Pilpres Hanya Basa-Basi Politik
Karding berujar syarat ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden tidak akan mencukupi jika koalisi ini hanya diisi Partai Demokrat dan PAN. Sedangkan, kata dia, internal PKB masih menginginkan untuk bergabung dengan koalisi pendukung Joko Widodo. "Kami belum pernah membahasnya (poros ketiga)," katanya.
PKB menjadi salah satu partai yang belum menentukan sikap arah koalisi. Menurut dia, hal ini disebabkan tahapan pencalonan yang masih relatif lama, yakni Agustus 2018. Karding menuturkan partainya masih berkonsolidasi dengan para kiai dan ulama Nahdlatul Ulama, serta Badan Otonom NU untuk menegaskan arah koalisi. "Kami berharap kalau menentukan sikap nanti, semua sudah bulat dukungannya," kata dia.
Karding pun mengatakan partainya bakal mengikuti aspirasi kader di akar rumput untuk bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi. Termasuk dengan mendorong Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar menjadi calon wakil presiden Jokowi. "Sebagian besar aspirasi di NU, kiai, dan PKB mendorong agar bersama Pak Jokowi," ujarnya.
Wacana poros ketiga muncul ketika PKB, Demokrat, dan PAN tak kunjung menentukan sikap arah koalisi. Mereka tak kunjung menentukan sikap apakah akan mendukung koalisi pendukung Jokowi, koalisi pendukung Prabowo, atau membentuk poros koalisi sendiri.