TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Muradi, mengatakan alasan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) adalah SBY memiliki trauma politik. "SBY ingin kaki-kaki politiknya kuat di politik nasional," kata Muradi saat ditemui di kawasan Tebet, Jakarta, Ahad, 11 Maret 2018.
SBY, kata Muradi, tidak mungkin mengulang hal yang sama saat Anas Urbaningrum mengambil alih Partai Demokrat. Saat itu, Partai Demoktat memberikan ruang kepada orang lain, tapi kemudian Partai Demokrat habis atau mendapat efek negatif karena Anas terjerat korupsi.
Baca:
AHY Berpidato, Demokrat: Kami Tawarkan AHY...
Partai Demokrat Siapkan AHY sebagai...
Menurut Muradi, trauma itu membuat SBY bersikap seperti “CEO” Partai Demokrat. "Sesederhana itu saja.” SBY ingin anak-anaknya tampil di panggung politik. “Dia tidak akan memberi ruang kepada orang lain.”
Langkah ini, kata dia, tidak selalu benar. Hal ini bisa menyulitkan AHY dan Partai Demokrat karena ingatan masyarakat terhadap AHY masih tentara mayor purnawirawan. Mereka yang berasal dari kalangan militer dengan pangkat lebih tinggi akan sulit menerima Agus.
Baca juga: Jokowi Minta AHY di Sampingnya, Kader...
“Mau diperintah mayor? Gue kolonel (misalnya), atau letnan jenderal, mau diperintah mayor?” Budaya militer, kata Muradi, berbeda. "Tidak akan ada (perwira tinggi) yang bersedia diperintah mayor.”
Menurut Muradi, pemilihan presiden (pilpres) 2019 juga terlalu dini untuk AHY. "Tidak akan ada (tentara) yang mau, sehingga yang digarap AHY adalah anak-anak muda.”