TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Politik Universitas Padjajaran Muradi mengatakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar atau Cak Imin terlalu percaya diri untuk menjadi calon wakil presiden di Pemilihan Presiden 2019.
Menurut Muradi, kepercayaan diri Muhaimin itu karena ia masih melihat pada Pemilu 2004 saat posisi kelompok nasionalis dan agamis menjadi satu paket. Pada 2004 Megawati Soekarnoputri menjadi calon wakil presiden bersama Hasyim Muzadi sebagai cawapres.
Baca juga: Muhaimin Soal Poros Baru Jika Gagal Jadi Cawapres Jokowi
"Saya meyakini Cak Imin (Muhaimin Iskandar) itu ingin diperhatikan saja, ingin pay attention," ujar Muradi. "Cak Imin tidak akan kemana-mana, ia tidak akan jadi cawapres".
Gerilya Muhaimin untuk menjadi calon wakil presiden sudah dilakukan jauh-jauh hari. Baliho dan spanduk dari berbagai macam relawan yang mendukung dia sebagai calon wakil presiden bertebaran di banyak wilayah.
Muhaimin Iskandar yakin dirinya akan dipilih Joko Widodo sebagai calon wakil presiden pada pemilihan presiden 2019. "Saya masih optimis Pak Jokowi akan mengajak saya," kata Muhaimin di Masjid Baiturahman, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 6 Maret 2018.
Baca juga: Banser NU Tangsel Usung Cak Imin Jadi Cawapres 2019
Muradi mengatakan, Muhaimin lebih baik merawat Partai Kebangkitan Bangsa dengan bentuk yang sampai hari ini masih baik "Ya saya kira menjadi penting buat Cak Imin, ketimbang dia memaksakan diri untuk maju Pemilu Presiden," ujar Muradi.
Jika Muhaimin dipinang Prabowo pun bakal dinilai tak tepat oleh warga Nahdlatul Ulama. "Cak Imin kalau ke Prabowo, bisa dimusuhi banyak orang nanti, orang-orang NU pasti marah betul itu," ujar Muradi.