INFO NASIONAL - Kelompok Tani Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ngimbang Makmur Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tuban, kini sudah dapat merasakan hasil nyata dari program Perhutanan Sosial. Sejak mendapat Surat Keputusan (SK) Perhutanan Sosial pada November 2017, dengan luas 77,25 hektare untuk 147 kepala keluarga (KK), hari ini mereka sudah dapat memanen jagung yang ditanam di sela-sela tegakan Sengon dan Jati, dengan perkiraan hasil sekitar 33,75 ton untuk 7,5 hektare atau 4,5 ton per hektare.
"Dengan menggunakan pola sisip tanam jagung sebelum panen, memungkinkan panen dua kali dalam setahun. Ditambah pola panen kering yang diterapkan memiliki harga jual setempat, sekitar dua kali lipat atau Rp 3.200 per kilogram, dari pola panen basah seharga Rp 2.000 per kilogram," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, dalam acara Penyerahan SK Perhutanan Sosial oleh Presiden Joko Widodo, di Tuban, Jumat, 9 Maret 2018.
Baca Juga:
Mulai 2017, Pemerintahan Jokowi-JK fokus pada pemerataan ekonomi, seperti bagaimana mengurangi ketimpangan lahan, mengurangi konflik, menciptakan lapangan kerja di pedesaan, salah satunya melalui Perhutanan Sosial.
Pemberian hak akses kelola kepada masyarakat melalui Perhutanan Sosial memungkinkan masyarakat untuk mengolah kawasan hutan negara secara legal tanpa merusak hutan, dengan mengembangkan ekowisata dan agroforestry. "Kami baru menerima SK Perhutanan Sosial pada November 2017, dalam waktu lima bulan kami sudah bisa panen jagung," kata petani hutan yang LMDH Ngimbang Makmur, Sujiyem.
Sujiyem mengaku dalam setengah hektare, dia bisa mendapat Rp 6-8 juta sekali panen jagung dan setahun bisa dua kali panen. Tidak hanya itu, sejak menerima SK Perhutanan Sosial, dia pun mendapat kemudahan akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). "Sebelumnya susah untuk memperoleh modal, sehingga harus pinjam melalui rentenir," ucapnya.
Baca Juga:
Sebagai gambaran, satu hektare lahan bisa ditanami 1.100 pohon dengan komposisi 880 Jati (80 persen), 220 Kesambi (20 persen), dan di sela-sela tegakan dapat ditanam jagung. Untuk penghasilan jangka pendek, diperoleh dari hasil panen jagung, selanjutnya hasil jangka panjang dari pohon Jati dan Kesambi.
Memang hasil pertanian jagung di Tuban adalah tertinggi di Jawa Timur, dengan menggunakan pola tumpang sari, tanam sisip, dan panen kering. Dalam satu hektare dapat menghasilkan 4,5 ton jagung. Selain itu, tanaman kayu keras dapat tumbuh baik beriringan dengan tanaman semusim. (*)