TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsudin Haris berpendapat perlu ada nama calon presiden ketiga yang muncul selain Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Jika dua calon yang muncul kembali akan membuat perpecahan politik dan sosial semakin besar.
Kubu ketiga yang paling potensial adalah partai Demokrat dengan mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "AHY punya peluang karena dari sisi ambang batas pencalonan presiden, dia memiliki peluang," ujar Haris saat ditemui di Indonesia Corruption Watch (ICW), Selasa, 6 Maret 2018.
Baca:
Pengamat: Calon Presiden 2019 Perlu ...
PAN Wacanakan Bentuk Poros Ketiga dalam ...
Ambang batas pencalonan presiden yang sudah ditetapkan Undang-Undang Pemilu adalah 20 persen dari kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional pemilu legislatif. Besarnya ambang batas itu, kata Haris, membuat pilihan alternatif calon presiden tidak banyak. Agus dinilai bisa memenuhi persyaratan dan menjadi calon alternatif.
Calon presiden alternatif lain selain Agus bisa muncul. Namun, sosok calon itu pasti akan bersumber dari empat kriteria yang bisa memenuhi syarat ambang batas, antara lain ketua umum atau dewan pembina partai politik pendukung yang Jokowi, dewan kabinet kementerian Jokowi, tokoh masyarakat dan pimpinan organisasi masyarakat, dan tokoh yang terekam dalam survei.
Adapun ketua partai yang potensial menjadi calon presiden adalah Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, dan Zulkifli Hasan. Dari kabinet ada Menteri Basuki Hadimuljono, Sri Mulyani, dan Susi Pudjiastuti.
Baca juga:
Tentukan Koalisi di Pilpres 2019, PKB Minta ...
Cara Gerindra Dorong Prabowo Jadi Calon ...
Dari elemen tokoh masyarakat dan pimpinan organisasi yang potensial adalah Mahfud MD, Yenny Wahid, dan Haedar Nashir. Tokoh yang terekam survei ada Agus Harimurti Yudhoyono, Anies Baswedan, dan Gatot Nurmantyo.
Koalisasi dari nama-nama itu, kata Haris, dapat membentuk kubu ketiga untuk mencegah masyarakat terbelah akibat Pilpres 2019.