TEMPO.CO, Kupang - Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur Johanna Lisapaly mengatakan 328 sekolah tingkat SMA/SMK dan sederajat di NTT siap menghadapi ujian nasional berbasis komputer (UNBK) tahun 2018.
"Jumlah sekolah SMK/SMA yang mengikuti UNBK ini naik cukup signifikan sejak tahun 2016, yakni lebih dari 200 persen," ucap Johanna Lisapaly pada Senin, 5 Maret 2018.
Baca Juga:
Baca: 27 SMP di Padang Gelar UNBK 2018
Johanna berujar jumlah SMA/SMK dan sederajat di NTT yang mengikuti UN sebanyak 801 sekolah dari total 840 sekolah di provinsi itu. "Ada sembilan sekolah yang tidak mengikuti UN. Itu berarti, masih sekolah-sekolah baru yang belum ada rombongan belajar kelas 3," ujarnya.
Dari total jumlah sekolah yang ada, tutur Johanna, 328 SMA/SMK di antaranya mengikuti UN berbasiskan komputer.
Menurut Johanna, jumlah sekolah yang bisa mengikuti UNBK di provinsi berbasiskan kepulauan itu menunjukkan progres pertumbuhan yang cukup signifikan karena naik lebih dari 200 persen dalam dua tahun terakhir.
Baca: UNBK SMP di Surabaya Terganggu, Server Kementerian Sempat Error
Kondisi itu, tutur dia, sejalan dengan dukungan kesiapan sekolah serta alokasi bantuan fasilitas berupa komputer dari pemerintah pusat serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). "Misalnya, dalam tahun ini, ada alokasi DAU (dana alokasi umum) dari APBD untuk pengadaan komputer di 40-50 sekolah," kata Johanna.
Meski begitu, Johanna mengakui, masih banyak sekolah di provinsi itu yang dihadapkan pada keterbatasan fasilitas seperti komputer serta infrastruktur jaringan komunikasi dan kelistrikan, terutama di daerah-daerah pelosok. Untuk itu, pihaknya mendorong agar program 100 persen desa berlistrik terus dilakukan, sehingga jaringan komunikasi pun bisa masuk hingga daerah pelosok.
Sejalan dengan itu, ucap Johanna, pemerintah terus mendorong agar pada tahun-tahun mendatang semua sekolah di daerah setempat bisa melaksanakan UNBK mengingat nilai positifnya jauh lebih baik, terutama dari aspek penghematan biaya. "Kalau ujian nasional kertas pensil (UNPK), kan, butuh biaya cetak kertas, distribusi, pengamanan, dan sebagainya," ucapnya. Selain itu, obyektivitas hasil ujian dari para peserta didik lebih terjamin karena semuanya menggunakan sistem komputerisasi.