TEMPO.CO, Jakarta - Novel Baswedan tiba di Gedung KPK pukul 13.05 pada Kamis 22 Februari 2018 dengan mengenakan kaos putih dan jaket hitam. Di Gedung Merah Putih jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan itu, penyidik senior KPK yang masih mengenakan kaca mata itu disambut ratusan pegawai KPK dan aktivis antikorupsi berpakaian putih. Terlihat pula, eks Ketua KPK Abraham Samad.
"Alhamdulillah saya bisa kembali." kata Novel Baswedan saat diminta berpidato. "Bagi saya penyerangan kepada diri saya tidak menjadi kelemahan. Tapi jadi penyemangat bagi saya,"
Tak hanya rekan satu kantornya, kepulangan Novel Baswedan disambut hangat oleh masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat pemantau korupsi beserta rekan-rekannya di KPK. Mulai dari spanduk, panggung, hingga karangan bunga juga telah dipasang menyambut kedatangan Novel. Seluruh pegawai KPK pun kompak mengenakan baju berwarna putih menyambut kedatangannya. Mantan pimpinan KPK, Abraham Samad, pimpinan, serta pegawai KPK lainnya datang khusus untuk menyambut Novel.
Juru Bicara KPK, Febri Diansyah mengatakan KPK menyambut Novel dengan gembira terlepas dari segala penyerangan yang terjadi kepada Novel. "Kita sambut Novel dengan gembira, untuk menunjukkan pemberantasan korupsi tidak akan pernah mundur meski diserang," kata Febri di lokasi yang sama.
BACA: 10 Bulan Penyerangan Novel Baswedan, KPK: Penyidik Masih Bekerja
Seperti diketahui, Novel Baswedan pulang ke tanah air setelah dokter yang merawatnya di Singapura, membolehkan Novel menjalani rawat jalan pascaoperasi tambahan pada 13 Februari 2018. Operasi terakhir adalah operasi penggantian jaringan selaput gusi yang menjadi implan di mata Novel. Meski rawat jalan, Novel Baswedan tetap harus menjalani kontrol selama tiga pekan lagi.
Mata Novel rusak setelah disiram air keras oleh dua orang pengendara motor seusai salat Subuh di Masjid Al Ihsan dekat rumahnya, di kawasan Kepala Gading, Jakarta Utara pada 11 April 2017. Peristiwa yang berlangsung 10 bulan 11 hari itu hingga ini belum menemukan titik terang. Hingga saat ini, Polda Metro Jaya belum menangkap pelaku penyerangan walau telah merilis dua sketsa wajah terduga pelaku pada 24 November 2017.
Presiden Joko Widodo mengatakan akan terus mengejar Kapolri untuk menemukan pelaku penyiraman. "Saya akan terus kejar di Kapolri agar kasus ini menjadi jelas dan tuntas siapapun pelakunya. Akan kita kejar terus Polri," kata Presiden pada Selasa 20 Februari 2018.
Sejumlah pihak termasuk Novel juga mengusulkan untuk dibentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengusut kasus itu tapi pembentukan TGPF belum juga dilakukan. "Dan Polri juga sudah menyampaikan (kemajuan penyidikan), kalau Polri sudah 'gini' (menyerah) baru kita akan 'step' yang lain," kata Presiden sambil mengangkat kedua tangannya menunjukkan orang tanda menyerah.
BACA: Penyerangan Novel Baswedan, Jokowi: Saya Kejar Terus Kapolri
Polri sudah memeriksa Novel sebagai saksi korban pada 14 Agustus 2017 di KBRI Singapura. Saat itu Novel juga didampingi oleh tim KPK termasuk Ketua KPK Agus Rahardjo dan tim penasihat hukumnya.
Selama Novel menjalani perawatan, polisi belum berhasil menangkap pelaku penyiraman. Beberapa orang sempat diamankan karena diduga sebagai pelaku, tapi mereka kemudian dilepaskan karena tidak ada bukti.
Novel Baswedan merupakan penyidik KPK yang terlibat dalam pengungkapan kasus-kasus besar, yang menjerat banyak pejabat negara. Beberapa di antaranya suap cek pelawat Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom tahun 2004; korupsi Bank Jabar tahun 2009; suap bekas Bupati Buol, Sulawesi Tengah, Amran Batalipu, tahun 2011; korupsi proyek simulator SIM Korlantas Polri tahun 2012; suap ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, tahun 2013; dan megakorupsi proyek e-KTP 2014.
DEWI NURITA