TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Distrik Agats, Asmat, Papua, Riechard Mirino, mengatakan pihaknya saat ini sangat membutuhkan dokter spesialis anak. Sebab, kata dia, mayoritas pasien yang berobat merupakan bayi atau balita yang terkena gizi buruk.
“Dokter spesialis anak ini kami mohon dengan Kementerian Kesehatan karena banyak yang gizi buruk itu bayi dan balita butuh penanganan,” ujarnya di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Rabu, 21 Februari 2018.
Selain itu, dia melanjutkan, tingkat kelahiran masyarakat setempat sangat tinggi. Para ibu belum memperhatikan jarak dan batas kelahiran serta gizi yang diberikan bagi sang bayi. Sehingga terkadang bayi dilahirkan dalam keadaan kurang gizi.
Baca juga: Intimidasi terhadap Jurnalis BBC yang Meliput di Papua, Dikecam
Riechard juga mengatakan mayoritas ibu yang sedang mengandung merupakan tulang punggung keluarga. Mereka tetap aktif mencari ikan dan kayu bakar, yang menjadi mata pencaharian utama di Agats.
“Sehingga kesehatan ibu tidak dijaga dan dia harus melahirkan dengan keadaan kurang gizi,” ucapnya.
Saat ini, RSUD Agats memiliki empat dokter spesialis. Mereka terdiri atas dokter spesialis dasar, penyakit dalam, dan bedah. Riechard menuturkan biasanya pihak rumah sakit menggunakan perahu untuk merujuk pasien di kampung-kampung terpencil ke RSUD Agats.
Fenomena gizi buruk dan campak sempat melanda Kabupaten Asmat pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2018. Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun sempat menetapkan fenomena ini sebagai kejadian luar biasa. Sekitar 72 orang anak meninggal akibat gizi buruk dan campak.
Namun pemerintah daerah Asmat mencabut status tersebut sejak 5 Februari 2018 dengan alasan wabah tersebut telah teratasi seusai belasan ribu anak sudah divaksinasi.
Baca juga: Menteri Puan Dukung Rencana Jokowi Ajak Ketua BEM UI ke Asmat
Merespons fenomena tersebut, Tentara Nasional Indonesia bersama instansi pemerintahan terkait mengirim Satuan Tugas Kesehatan (Satgaskes) untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di 224 kampung di Asmat. Sekitar 600 orang anak yang terkena campak sudah ditangani. Sedangkan sekitar 17 ribu anak lain telah divaksinasi.
Saat ini, tim Satgaskes gabungan masih beroperasi. Sepanjang tahun ini, mereka akan mengawasi dan memberikan pendampingan pada masyarakat setempat agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.