TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur dan Kodam V Brawijaya bekerja sama dengan Dinas Sosial Jawa Timur akan merazia orang gila di setiap daerah di Jawa Timur. Hal itu dilakukan menyusul serangkaian serangan terhadap tokoh agama oleh orang yang diduga gila.
"Agar tidak ada isu yang berkembang bahwa ada penyerangan dan penganiayaan terhadap ulama oleh orang gila," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera, Selasa, 20 Februari 2018. Kesepakatan itu, kata Barung, telah disampaikan Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin dalam rapat pimpinan (rapim) TNI di Markas Komando Daerah Militer V Brawijaya pada Selasa pagi, 20 Februari.
Baca:
Negara Diingatkan agar Tak Biarkan Serangan...
Pesantren Sangsikan Kebenaran kabar...
Rapim yang dihadiri para komandan korem (danrem) dan komandan kodim (dandim) serta semua unsur TNI di Kodam V Brawijaya menyepakati dandim bersama kapolres bekerja sama dengan dinas sosial di daerah akan merazia orang gila.
Selain merazia orang gila, kepolisian membuka diri untuk bekerja sama dengan perguruan silat guna menjaga pesantren dan para kiai di daerah. "Mari kita bersama-sama menciptakan situasi aman, tertib, dan terkendali," kata Barung.
Baca juga:
Polda Jatim Bantah Kiai Hakam Mubarok di Lamongan Diserang
Pondok Pesantren Mulai Bersuara Soal Serangan ke Tokoh Agama
Dalam tiga hari ini terjadi dua serangan terhadap kiai di Jawa Timur. Ahad lalu, 18 Februari 2018, Hakam Mubarok, pengasuh Pondok Pesantren Karangasem, Paciran, Lamongan, dikejar-kejar orang yang dikabarkan gila hingga terjatuh setelah meminta pelaku pergi dari pendopo pondok.
Sehari kemudian, orang yang menunjukkan gelagat hilang ingatan memaksa bertemu Kiai Zainudin Jazuli, pengasuh Ponpes Al Falah, Ploso, Kediri. Karena penampilan dan gerak-geriknya mencurigakan pria itu ditangkap dan diserahkan ke kepolisian.